Makalah Syirkah
Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015


الشركة



الشركة
 هي لغة الإختلاط و شرعا ثبوت الحقّ  على جهة الشيوع فى شيء واحد لإثنين فأكثرالشركة[1]
للشّركة خمس شراءط)[2] : الأول (ان تكون) الشركة (على نض) اي نقد  (من الدراهم و الدنانير) و ان كانا مغشوشين واستمر رواجهما فى البلد.
ولا تصح فى تبر و حلي وسباءك, وتكون الشركة ايضا على المثلى كالحنطة لاالمتقوم كالعروض من الثياب ونحوها.

الإعراب

isim dhamir pada mahal rafak mubtada
      هي
khabar
الإختلاط
isim tafdhil
أكثر
jar dan majrur
من الدراهم
jumlah jar dan majrur pada mahal rafak khabar
للشّركة
muqaddammudhaf ilaih
شراءط
fiel madhi
استمر
fiel mudharik
تصح

Syirkah menurut bahasa ialah campur. Sedangkan menurut istilah ialah tetapnya hak atas dasar memasukkan sesuatu yang satu untuk dua orang, bahkan bisa lebih banyak.
Bagi  akad syirkah ada lima syarat:
            Pertama: yang dibuat modal syirkah harus berupa emas atau perak yang sudah menjadi uang yang terdiri dari mata uang dirham dan dinar, meskipun keduanya sudah dicampuri dan menurut perkiraan keduanya masih tetap ada di negeri itu.
            Dan tidak sah syirkah dengan emas urai, emas perhiasan dan emas yang masih berbentuk potongan (lantana). Demikian juga syirkah harus terjadi atas barang yang ada jenisnya, seperti  gandum. Maka tidak sah syirkah atas benda yang hanya diperkirakan harganya, seperti harta dagangan dan yang sepadan dengan itu.

و الثانى (و ان يتفقا فى الجنس والنوع) فلا تصح شركة فى الذهب و الدراهم ولا في صحاح و مسكرة ولا فى حنطة بيظاء وحمراء.[3]
و الثالث (و ان يختلطا المالين) بحيث لا يتميزان.
والرابع (وان يأذن كل واحد منهما)اى الشريكين (لصاحبه فى التصرف) فإذا اذن له فيه تصرف بلا ضرر.

الإعراب

Mubtada
الثانى
Fiel mudhari’ mansub dengan huruf “an” masdary
يتفقا
Huruf nafi
لا
Di’ataf kepada صحاح
مسكرة
Di na’at kepada حنطة
بيظاء
Maf’ul bih, almat jar ي karena isem tasniah
المالين
Fiel mudhari’ yang lima
يتميزان
Fail dari kata يأذن
كل
Huruf tafsir
اى
Isem syarat
إذا
Fiel mudhari’
تصرف
                       
            Kedua:  kedua barang (yang di-syirkahkan itu) harus ada persesuaian jenis dan macamnya, maka tidak sah syirkah emas dan dirham, barang yang masih utuh dan yang sudah pecah, gandum putih dan gandum merah.
            Ketiga: dua orang yang bersyirkah itu hendaknya mencampurkann kedua bendanya,
 sekiranya tidak terdapat perbedaan.
            Keempat: masing-masing dari kedua orang yang bersyirkah itu member izin untuk mentasarufkan. Apabila sala seorang (dari keduanya) memberika izin untuk mentasarufkan, maka baginya sah mentasarufkan tanpa suatu halangan apapun.

فلا يبيع كل منهما نسيئة ولا بغير نقد البلد ولا بغبن فاحش ولا يسافر بالمال المشترك الا بأذن
فان فعل احد الشريكين ما نهي عنه لم يصح فى نبيب شريكه.
وفى نصيبه قولا تفريق الصفقة.
والخلمس (وان يكون الربح والخسران على قدر المالين)[4] سواء تساوى الشريكان فى العمل فى المال المشترك او تفاوتا فيه.
الإعراب

Maf’ul bih
نسيءة
Di na’at kepa da kata غبن
فاحشِ
Huruf istisna
الا
Isem syarat
إن
Idhafah atau mudhaf dan mudhaf ilaih
احد الشريكين
Huruf nafi, pekerjaannya pejazam fiel mudhari’
لم
Khabar muqaddam
قولا
Huruf masdary
ان
Fiel yang lima alamat rafak buang nun
تفاوتا

            Masing-masing dari keduanya, tidak boleh menjual dengan tempo (pembayarannya) dan tidak boleh juga menjual dengan selain mata uang negerinya serta tidak boleh pula menjual dengan kerugian yang berat dan tidak boleh membawa pergia uang syirkah kecuali mendapat izin dari salah satu pihak.
            Jika salah satu diantara dua orang yang bersyirkah itu melakukan sesuatu yang dilarang (dari yang satunya) maka tidak sah perbuatan tersebut dalam hubungannya dengan bagiannya syirkah yang satunya.
            Dan didalam hal bagiannya seorang itu ada dua pendapat yang membedakannya sahnya akad.
            Kelima: keuntungan dan kerugiannya harus diperhiungkan menurut perkiraan dua modal (uang) tersebut, beik kedua orang yang bersyirkah itu sama dalam hal menjalankan uang yang disyirkahkan itu ataupun keduanya berbeda.
فان شرطا التساوى فى الربح مع تفاوت المالين او عكسه لم يصح.
والشركة عقد جاءز من الطرفين (و) حنئذ ف (لكل واحد منهما) اي شريكين (فسخها متى شاء) وينعزلان عن التصرف بفسخهما.
(و متى مات احد هما) او جن او اغمي عليه (بطلت) تلك الشركة

الإعراب

Fiel madhi
شرطا
Dharaf makan
مع
Huruf ‘ataf
او
Dharaf zaman
حنئذ
Dharaf zaman
متى
Fiel mudhari’
ينعزلان
Fiel madhi
مات
Fiel madhi
اغمي
Isem isyarah
تلك

            Jika kedua orang yang bersyirkah itu mengadakan perjanjian untuk membagi keuntungannya secara sama dengan desertai adanya perbedaan nilai dua modal (uang) atau janji sebaliknya, maka hukumnya tidak sah.
            Syirkah adalah alkad yang boleh (jaiz) dari  dua jalan, maka masing-masing dari kedua orang yang bersyirkah boleh membubarkan syirkah dalam waktu kapan saja. Dan terlepaslah keduanya dari mentasarufkan (syirkahnya) sebab keduanya telah bubar.
            Seandainya salah satu dua orang yang berserikat itu meninggal dunia atau gila atau pula ayan, batallah syirkah (perserikatan) tersebut.



KESIMPULAN
            Syirkah (persero) adalah suatu usaha yang dapat membawa kemajuan kelompok dalam segala tingkat, mempererat tali persaudaraan dan mewujudkan usaha tolong menolong antar sesama manusia, masyarakat dan bangsa.
            Dalam hal ini syirkah itu ada dua macam:
1.      Syirkah (perserikatan) suatu harta yang dimiliki oleh dua orang secara bersekutu dari hasil pewarisan atau pembelian.
2.      Syirkah macam kedua ini dibagi menjadi empat macam, yaitu syirkah yang sah ialah syirkah dua orang untuk bersama-sama memperdagangan (mengelola) harta milik mereka secara bersama pula. Sedangkan yang lainnya adalah tidak sah, yaitu ada tiga macam:
a.       Perserikatan (syirkah) dua orang sama-sama bekerja yang hasilnya mereka bagi berdua dengan sama besarnya atau berselisih.
b.      Perserikatan untuk bersama-sama menanggung harta pembelian suatu barang, baik secara penanggungan (bon) maupun dibayar kontan yang keuntungannya menjadi milik bersama.
c.       Perserikatan untuk bersama-sama bekerja dan memiliki keuntungan, baik dengan badan atau harta mereka dan kerugian yang terjadi adalah atas tanggungan mereka berdua.[5]








                                                                             



[1] Muhammad bin qasim ass-syafi’I, al-bajuri, semarang, jilid I. hal. 283
[2] Ahmad bin Husain, al-ghayah wa taqrib, medan, hal. 30
[3] Muhammad bin qasim ass-syafi’I, al-bajuri, semarang, jilid I. hal. 283
[4] Ahmad bin Husain, al-ghayah wa taqrib, medan, hal. 30

[5] Imron abu amar. Fathul qarib. Kudus. 1982. Jilid I. hal. 269

0 komentar:

Post a Comment

 
Top