Makalah ini di susun oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
        Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Filsafat Umum pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat judul “Filsafat Zaman Klasik”.
    Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
         Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
                                                                                                                            Penulis,



                                                                                                                     KELOMPOK 9


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik filsafat yunani klasik 4
B. Masa Pra-Sokrates 3
C. Masa sokrates 6

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.Filsafat Yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara  sistematis dan lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.
          Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.
          Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya, karena  itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik filsafat yunani klasik?
2. Bagaimana filsafat masa pra-sokrates?
3. Bagaimana filsafat masa sokrates?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik filsafat yunani klasik
2. Untuk mengetahui filsafat masa pra-sokrates
3. Untuk mengetahui filsafat masa sokrates



BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Filsafat Yunani Klasik
         Keberadaan filsafat Yunani pada masa kelahirannya (abad ke 600-300 SM), menggambarkan adanya pengaruh yang kuat antara mythos dan logos. Mitologi merupakan suatu factor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan ke arah timbulnya pemikiran filosofis. Mitologi Yunani mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta, tetapi jawaban-jawaban yang diberikan justru dalam bentuk mitos yang tidak bisa diterima oleh akal sehat.
        Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan  pada Filsafat Yunani Klasik, adalahsebagai berikut:
  1. Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.
  2. Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang.
  3. Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini merupakan komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar pemikiran tokoh Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.
  4. Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan  para tokohnya merupakan bukti yang jelas, bahwa apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin akan menghasilkan sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang benar, baik dan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.
  5. Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama tidak selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita  untuk lebih cermat dan giat menciptakan sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.
  6. Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya berpikiran dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan bermodalkan informasi-informasi hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum kita. 

           Butir (6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah itu. Maka dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh manfaat daripadanya.

B. Masa Pra-Sokrates
          Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.
         Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:

1.   Thales (625-545 SM)
          Dalam sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
          Sebagai filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu sendiri berasal dari kelembaban.
       Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di kalangan dewa-dewi.

2.   Anaximandros (611-545 SM)
          Anaximander juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
        Kalau perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad. Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
          Tentang asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia bias hidup dalam tahap transisi. Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.

3.     Anaximenes (588-524 SM)
          Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar (urstoff) dari dunia.
        Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan denderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.


4.     Pythagoras (580-500 SM)
          Tentang Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
           Ajaran tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting, Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
        Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).
              Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap.  Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar music jagad raya itu. Filosof-filosof lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
  1. Xenophanes (570-480 SM)
  2. Heracleitos
  3. Parmenides dan Melissus
  4. Zeno
  5. Empedocles
  6. Leocippus
  7. Para filsuf Atomisme

C. Masa Sokrates
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri,  faktor-faktor penyebabnya anatara lain:
a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)
b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini, para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?
1. Kaum Sofis
Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.
Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c. Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).
Kaum sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bias berkecimpung dala politik, orang harus pintar berpidato. Adapun tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
2. Socrates
Menurut Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia Socrates sekitar 70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470 SM. Ayahnya bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama Phaenarete seorang dukun bersalin.
Sosok Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut pertobatan Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon, sobat Socrates, suatu ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain yang lebih bijaksana dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini membuat Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah karena dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya yakni untuk mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan bimbingannya.
Adapun ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
a. Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
b. Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya mencapai definisi yang lebih lengkap.
c. Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya lewat  pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
d. Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun tak dapat dilepaskan dari etika.
e. Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
f. Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.
g. Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal budi universal.
Pada tahun 400 atau 399 Socrates diadili oleh para pemimpin demokrasi baru. Tuduhan yang dibacakan di depan pengadilan raja Archon adalah bahwa:
a. Socrates tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan praktik-praktik agama yang baru, dan
b. Socrates merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman mati.
Adapun para pengikut Socrates:
a. Sekolah Megara yang didirikan oleh Euclid pengikut setia Socrates
b. Sekolah Elea-Eretria yang didirikan oleh Phaedo dari Elis dan Menedemus dari Eretria.
c. Sekolah Cyrene Awal didirikan oleh Antisthenes.
d. Sekolah Cyrene didirikan oleh Arisrippus di Cyrene.
3. Plato
Plato adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.
Plato menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bias diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:
a. Dua Dunia
Plato mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah dan tidak kekal.
b. Jiwa
Jiwa adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
c. Negara
Ajaran tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah sini adalah kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan negara.
Dalam satu negara ada tiga golngan, yakni:
a. Para penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka adalah kebijaksanaan.
b. Para prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
c. Rakyat jelata seperti petani, tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.
4. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Mcedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar filsafat p-ada Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara. Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia di situ pada tahun 322.
Adapun ajaran-ajaran Aristoteles ialah logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi. Tentang logika, ia mengajarkan proses pengambilan kesimpulan yang disebut silogisme, yang terdiri dari pernyataan dalam bagian mayor (dalil umum), minor (dalil khusus), kesimpulan.
Aristoteles menyebut jiwa dengan psykhe. Menuru Aristoteles, bukan hanya manusia yang mempunyai jiwa, tapi semua yang hidup mempunyai jiwa. Aristoteles menolak dualism Plato. Karena menurut dia, jiwa dan tubuh adalah dua aspek berbeda dari substansi yang sama yakni manusia. Pada manusia tidak ada dua substansi seperti pada ajaran Plato.
Menurut Aristoteles, jiwa akan binasa pada saat kematian badan. Jiwa manuia, seperti jiwa tumbuhan dan hewan, tidak bersifat kekal.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan filsafat Yunani pada masa kelahirannya (abad ke 600-300 SM), menggambarkan  adanya pengaruh yang kuat antara mythos dan logos. Mitologi merupakan suatu factor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan ke arah timbulnya pemikiran filosofis. Mitologi Yunani mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta, tetapi jawaban-jawaban yang diberikan justru dalam bentuk mitos yang tidak bisa diterima oleh akal sehat.
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor penyebabnya anatara lain:
d. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)
e. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir.







DAFTAR PUSTAKA

Ali Saipullah H.A, Drs,  “Antara Filsafat dan Pendidikan”,(Usaha Nasional,Surabaya,1980)
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat-I, (Kanisius, Yogyakarta, 1980)
Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar,(Rineka Cipta, Jakarta, 1993)
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010).
Asmoro Hadi. Filsafat Umum (Jakarta  : RajaGrafindo Persada, 2011).

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

1 komentar:

 
Top