Makalah Tafsir tentang Ayat-ayat yang berhubungan dengan Risalah
Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015


ayat tentang risalah


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Ayat-ayat Tentang Risalah. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Wassalam
Penulis,


KELOMPOK 5



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................             i
DAFTAR ISI.............................................................................................................             ii

BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................            1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................             1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36................................................             2
B.     Penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 213.........................................             3
C.     Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34...............................................             5
D.    Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52.......................................             6
E.     Penjelasan tafsir QS. al-Ma’idah ayat 48...........................................             7
F.      Penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 136.........................................             9
G.    Penjelasan dari sisi ke-Tarbiyahannya................................................             10

BAB III    PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................             11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            12








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Segala puji bagi Allah SWT , Rabb semesta alam. Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa Allah SWT karuniakan atas penutup dan nabi paling mulia, Muhammad, juga atas segenap keluarga, para sahabat, para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in serta para pengikut setia beliau hingga akhir zaman.
Sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, sejak itulah kenabian dan kerasulan berakhir. Kenabian dan kerasulan memang telah berakhir, tetapi risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah risalah sepanjang zaman hingga datangnya Hari Kiamat nanti.
Allah telah mengutus rasul-Nya SAW setelah manusia berpaling dari ajaran risalah samawiyah sebelumya. Dan menghilang, atau hampir menghilang pengaruhnya dalam meluruskan kehidupan manusia. Maka datanglah dakwahnya yang abadi sebagai pembaharuan dakwah tauhid yang didakwahkan oleh semua rasul. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa risalahnya adalah penyempurna bagi risalah-risalah langit sebelumnya. Berikut dalam makalah ini akan membahas tentang tafsir ayat-ayat yang berkenaan tentang risalah.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36?
  2. Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 213?
  3. Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34?
  4. Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52?
  5. Bagaiman penjelasan tafsir QS. al-Ma’idah ayat 48?
  6. Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 136?
  7. Bagaimana penjelasan dari sisi ke-Tarbiyahannya?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ  
Artinya :  “ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul).”
At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan setiap orang yang menyeru kepada kesesatan.
Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.”
Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya, sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya, karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul memberi peringatan kepada mereka. Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw, guna menghibur beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikitpun.[1]

B.     Penjelasan tafsir QS al- Baqarah ayat 213
tb%x. â¨$¨Z9$# Zp¨Bé& ZoyÏnºur y]yèt7sù ª!$# z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# šúï̍Ïe±u;ãB tûïÍÉYãBur tAtRr&ur ãNßgyètB |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ zNä3ósuŠÏ9 tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# $yJŠÏù (#qàÿn=tF÷z$# ÏmŠÏù 4 $tBur y#n=tG÷z$# ÏmŠÏù žwÎ) tûïÏ%©!$# çnqè?ré& .`ÏB Ï÷èt/ $tB ÞOßgø?uä!%y` àM»oYÉit6ø9$# $JŠøót/ óOßgoY÷t/ ( yygsù ª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä $yJÏ9 (#qàÿn=tF÷z$# ÏmŠÏù z`ÏB Èd,ysø9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 3 ª!$#ur Ïôgtƒ `tB âä!$t±o 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ ?LìÉ)tGó¡B ÇËÊÌÈ  
Artinya :Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri.
Dalam ayat ini, Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan bahwa umat manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-masing. Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang memperkuat kebenaran kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi Allah yang Maha Kuasa dan yang memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa
1.      Manusia adalah makhluk sosial.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa hidup, kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu membahu. Setiap orang, hidup dari kerja masing-masing. Tetapi kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun dengan teman-temannya membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan Ilmu Sosial dikenal bahwa, Manusia adalah makhluk sosial.
2.      Agama menganjurkan persatuan dan keserasian
Kita telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya berusaha menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa menimbulkan perselisihan dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa mereka rasa persaudaraan yang kuat melebihi persaudaraan satu nasab. Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih mementingkan keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara seagama yang belum tentu ia lakukan terhadap saudara senasab.[2]
Sangat buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya petunjuk Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan tidaklah terlarang, karena perbedaan itu akan dapat diatasi jika terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi kepentingan pribadi/ kelompok.[3]

C.    Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34
!$tBur $uZù=yör& Îû 7ptƒös% `ÏiB @ƒÉ¯R žwÎ) tA$s% !$ydqèùuŽøIãB $¯RÎ) !$yJÎ/ OçFù=Åöé& ¾ÏmÎ/ tbrãÏÿ»x. ÇÌÍÈ  
Artinya :Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Ayat ini menyatakan: dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada sesuatu penduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata kepada para pemberi peringatan itu: “Sesungguhnya kami menyangkut apa yang kamu diutus untuk menyampaikan-nya adalah orang-orang kafir, yakni menolak dan tidak percaya. Dan mereka dengan bangga dan angkuh berkata juga bahwa: “Kami memiliki lebih banyak harta anak-anak dari pada kamu wahai orang-orang beriman, dan kami sekali-kali tidak akan disiksa seandainya Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti dengan banyaknya harta dan pengikut kami.
Kata (مترفوها) mutrafuuhaa terambil dari kata (ترف) taraf, yaitu kenikmatan yang luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan ayat ini bermakna orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan, dengan demikian, mereka diundang untuk mengingat-Nya.[4]

D.    Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52
 $tBur tb%x. AŽ|³u;Ï9 br& çmyJÏk=s3ムª!$# žwÎ) $·ômur ÷rr& `ÏB Ç!#uur A>$pgÉo ÷rr& Ÿ@Åöãƒ Zwqßu zÓÇrqãsù ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ $tB âä!$t±o 4 ¼çm¯RÎ) ;Í?tã ÒOŠÅ6ym ÇÎÊÈ  
 Artinya : Dan tdak terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah kecuali dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali dengan wahyu yakni “pencampakan” informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara siapa pun atau dibelakang tabir yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si pendengar dapat melihat pembicaranya atau dengan mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu mewahyukan dari saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu secara cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang Dia, yakni Allah SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Kalam Allah atau redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama, karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita dapat menyimpulkan bahwa percakapan ini bermakna ‘dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’.
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan tentang wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah sama dengan percakapan makhluk, tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatannya.

Ayat 52
y7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) %[nrâ ô`ÏiB $tR̍øBr& 4 $tB |MZä. Íôs? $tB Ü=»tGÅ3ø9$# Ÿwur ß`»yJƒM}$# `Å3»s9ur çm»oYù=yèy_ #YqçR Ïök¨X ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±®S ô`ÏB $tRÏŠ$t6Ïã 4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÎËÈ  
 Artinya : “Dan demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula) al-iman tetapi Kami menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lebar yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi . Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua urusan.”
Rasul memperoleh wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga memperolehnya dalam keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut pendapat yang menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat jibril As yang di istilahkan dengan ar-Ruh al-Amin.
Pernyataan bahwa Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui tentang al-iman bukan berarti bahwa beliau tidak beriman kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas adalah tentang iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin.[5]

E.     Penjelasan tafsir Q.al-Maidah ayat 48
!$uZø9tRr&ur y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 šú÷üt/ Ïm÷ƒytƒ z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# $·YÏJøygãBur Ïmøn=tã ( Nà6÷n$$sù OßgoY÷t/ !$yJÎ/ tAtRr& ª!$# ( Ÿwur ôìÎ6®Ks? öNèduä!#uq÷dr& $£Jtã x8uä!%y` z`ÏB Èd,ysø9$# 4 9e@ä3Ï9 $oYù=yèy_ öNä3ZÏB Zptã÷ŽÅ° %[`$yg÷YÏBur 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# öNà6n=yèyfs9 Zp¨Bé& ZoyÏnºur `Å3»s9ur öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB öNä38s?#uä ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 n<Î) «!$# öNà6ãèÅ_ötB $YèÏJy_ Nä3ã¥Îm6t^ãŠsù $yJÎ/ óOçGYä. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tFøƒrB ÇÍÑÈ  
 Artinya : Dan kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”
Pengertian secara umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil kepada Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk menegakkan keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu, Allah terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara kitab-kitab lain sebelumnya.
Diriwayatkan dari Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu berbeda-beda. Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya syari’at tersendiri. Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya diketahui siapa yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan tetapi, Ad-Din yang tidak menerima lainnya adalah tauhid dan ikhlas, dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga diriwayatkan dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah satu, sekalipun syari’atnya berbeda-beda.
Dengan demikian bisa dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-hukum amaliah yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah prinsip-prinsip permanen yang tidak berubah, sekalipun berbeda nabi.[6]

F.     Penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 136

(#þqä9qè% $¨YtB#uä «!$$Î/ !$tBur tAÌRé& $uZøŠs9Î) !$tBur tAÌRé& #n<Î) zO¿Ïdºtö/Î) Ÿ@ŠÏè»oÿôœÎ)ur t,»ysóÎ)ur z>qà)÷ètƒur ÅÞ$t6óF{$#ur !$tBur uÎAré& 4ÓyqãB 4Ó|¤ŠÏãur !$tBur uÎAré& šcqŠÎ;¨Y9$# `ÏB óOÎgÎn/§ Ÿw ä-ÌhxÿçR tû÷üt/ 7tnr& óOßg÷YÏiB ß`øtwUur ¼çms9 tbqãKÎ=ó¡ãB ÇÊÌÏÈ  
Artinya :  Katakanlah- hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkan kepada Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada apa yang diberikan kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.”[7]
Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain dan sebagainya.
Al-Asbat ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman kepada nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan.
Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan campur tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. Iman kepada para nabi dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun Iman.[8]

G.    Penjelasan dari sisi ke-Tarbiyahannya
Dari beberapa ayat tentang risalah yang dibahas,terdapat hubungan ayat-ayat tersebut dengan pendidikan diantaranya:
1.      Guru adalah panutan murid, seorang guru harus menyampaikan ilmu yang dimilikinya dengan ikhlas karena Allah.
2.      Sebagai guru, selain ilmu (materi) yang diajarkan, juga harus mendo’akan muridnya supaya ilmu yang diberikan menjadi bermanfaat.
3.      Ketika telah mencapai usaha yang maksimal dalam memberikan ilmu, serahkan semuanya kepada Allah, sebagaimana seorang utusan yang menyerahkan keputusan akhir pada Allah.
4.      Sebagai murid harus patuh terhadap guru, dalam hal ini mengamalkan perbuatan baik yang disampaikan guru.
5.      Mendo’akan guru agar selalu berada dalam kebenaran ketika menyampaikan ilmu.
6.      Menerima ilmu dengan ikhlas, supaya transfer ilmu dapat maksimal.
7.      Memulyakan guru, karena guru adalah sosok penyampai ilmu sebagaimana rosul menyampaikan risalah.
  

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tugas para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 mengandung dua komponen yakni, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dan agama sangat menganjurkan persatuan serta keserasian.
Surat as-saba’ ayat 34 menyatakan: dan Allah sekali-kali tidak mengutus kepada sesuatu penduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya. Allah Maha Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatan.
Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya syari’at tersendiri. Surat al-Baqarah ayat 136 memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku, Al-Bayan, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi 2, Semarang: Toha Putra,1987.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa,Tafsir Al-Maraghi 6, Semarang:Toha Putra, 1987.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa,Tafsir Al-Maraghi 14, Semarang: Toha Putra, 1987.
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya Jilid 1, Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Shihab, M. Quraish, Al-Lubab, Tangerang: Lentera Hati, 2012.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab, M. Quraish,Tafsir Al-Misbah Volume 12, Jakarta: Lentera Hati, 2002.



[1] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 14, (Semarang:Toha Putra, 1992), hlm. 141-146.
[2] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 2, (Semarang:Toha Putra, 1987), hlm. 210-217.
[3] M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati ,2012), hlm.69.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 628-629.
[5] M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah volume 12, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm. .525-530.
[6] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 6, (Semarang:Toha Putra, 1987), hlm. 235-239..
[7] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Bayan, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 52
[8] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 212-214.

0 komentar:

Post a Comment

 
Top