Makalah Hadits tentang Etos Kerja
Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015



Etos kerja



KATA PENGANTAR


            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hadits pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat judul “Etos Kerja”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Wassalam
Penulis,


KELOMPOK 6



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................             i
DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................            1
B.    Rumusan Masalah..............................................................................             1
C.    Rumusan masalah...............................................................................             1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Pekerjaan yang paling baik................................................................            2
B.     Larangan meminta-minta ..................................................................             4
C.     Mukmin yang kuat mendapat pujian.................................................             6

BAB III    PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................             10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            11






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berkerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak.
Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat terhadap kerja. Kalau padangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau etos kerja melihat kerja sebagai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi.
Etos kerja di Negara kita masihlah sangat minim. Itu bisa kita lihat dalam penentuan dan pelaksanaan jam kerja untuk instansi pemerintah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pekerjaan yang paling baik !
2.      Apa yang dimaksud larangan meminta-minta?
3.      Bagaimana mukmin yang kuat mendapat pujian?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah agar kami dan semua mahasiswa mampu memahami hadits-hadits tentang etos kerja.





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pekerjaan yang Paling Baik
عَنْ رِفَعَةٍ بْن رَافِعٍ اَنَّ النَّبِىَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ اَىُّ اْلكَسَبِ اَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيِّعٍ مَبْرُوْرٌ ( رَوَاهُ اْلبَزَار وَصَحَحَهُ الحَكِيْم )
1.      Terjemahan hadits
“Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya : apa mata pencaharian yang paling baik?. Nabi menjawab: seseorang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar dan ditashihkan Hakim).

2.      Biografi perawi
Rifa’ah bin rafi ibn Malik ibn Ajalan, Abu Mu’adalah Al-Jarqa merupakan salah seorang sahabat anshar yang mengikuti Perang Badar. Ia meriwayatkan hadis dari nabi, abu bakar as-siddiq, ubadah ibn shamit, sedangkan orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: anak-anaknya, ubaid, putra saudaranya. Ia meninggal pada awal kekhalifahan Mu’awiyah bin abu sofyan. Ia meninggal pada tahun 41 atau 42.
3.      Penjelasan Hadits
Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengahrapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian tidak dibenarkan pula terlalu mengandalakan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyuruh manusia untuk bekerja dan memanfaatkan berbagai hal yang ada di dunia untuk bekal hidup dan mencari perhidupan di dunia di antaranya:
$uZù=yèy_ur u$pk¨]9$# $V©$yètB ÇÊÊÈ  
Artinya : Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” ( QS. An-naba ayat 11 )
ôs)s9ur öNà6»¨Z©3tB Îû ÇÚöF{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB 3 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±s? ÇÊÉÈ  
Artinya : ”Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagi mu itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S Al-A’raf, ayat 10)
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa kaum muslimin yang ingin mencapai kemajuan hendaknya harus bekerja keras. Telah menjadi sunatullah di dunia bahwa kemakmuran akan dicapai oleh mereka yang bekerja keras dan memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya. Tidak heran jika banyak orang yang tidak beriman kepada Allah,tetapi mau bekerja untuk mendapatkan kemakmuran di dunia walaupun di akhirat ia tetap celaka.Sebaliknya ada pula yang beriman kepada Allah, tetapi tidak mau bekerja dan berusaha sehingga sulit untuk mencapai kemakmuran.
Selain itu, islam pun menjamin dan melindungi mereka ysng mau bekerja keras dan menyuruh para majikan untuk menghargai kerja keras orang yang bekerja padanya.
Diantara hikmah dari rezeki yang di hasilkan melalui tangan sendiri adalah terasa lebih nikmat dari hasil kerja orang lain. Juga akan menumbuhkan hidup hemat karna merasakan bagaimana payahnya mencari rezeki.
Menurut Imam Al-ghazali, manusia dalam hubungannya dengan kehidupan dunia dan akhirat terbagi pada tiga golongan:
a.       Orang-orang yang sukses atau menang
b.      Orang-orang yang celaka
c.       Orang yang berada diantara keduanya
Menurut Al-Faqih Abu Laits Samarqandi. Orang yang menginginkan usaha,harta yang halal,ia harus memelihara 5 perkara, yaitu:
a.       Tidak menunda kewajiban terhadap Allah swt. tidak menghambat apalagi mengalangi kewajiban sebagai hamba Allah.
b.      Tidak ada seorang pun yang merasa dirugikan atau atau di ganggu akibat usahanya.
c.       Memelihara kehormatan diri dan keluarga
d.      Tidak membinasakan diri dalam usaha, dan
e.       Tidak beranggapan bahwa rezekinya diproleh dari usahanya, melainkan dating langsung dari Allah, sedangkan usaha semata hanya factor penyebab datangnyab rezeki.
Setiap orang islam hendaknya menggunakan waktunya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalma islam, mata pencagarian yang di anggap paling baik adalah pekerjaan yang menggunakan tangan sendiri dan jual beli yang bersih dan halal.

B.     Larangan Meminta-minta
1.     عَنْ اِبْنُ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّ رَسُوْلُ اللهَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ وَهُوَ عَلىَ اْلِميْبَرِ وَذَكَرَ الصَّدَقَةِ وَالتّعْفُفَ وَالْمَسْئَلَةَ اْليَد اْلعُلْيَا خَيْرُ مِنَ اْليَدِ السُّفْلَى فَاليَّدُ اْلعُلْيَا هِىَ اَلْمُنَفِقَةُ وَالسُّفْلىَ هِىَ السَّائِلَةُ ( اَخْرَجَهُ اْلبُخَارِى فىِ كِتَابِ الزَّكَاةِ )
2.     حَدِيثُ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
3.     حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾

1.      Terjemahan Hadits
a.      Ibnu Umar r.a berkata, “Ketika Nabi SAW berkhotbah diatas minbar dan menyebut sedekah dan meminta-minta, beliau bersabda, “Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah meminta.”
b.      Hakim bin Hazim berkata, “Nabi SAW bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, dan dahulukanlah keluargamu (orang-orang yang wajib kamu beri belanja), dan sebaik-baiknya sedekah itu dari kekayaan (yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri (tidak meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya, demikian pula siapa yang beriman merasa sudah cukup, maka Allah akan membantu memberinya kekayaan.
c.       “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda, jika seorang itu pergi mencari kayu, lalu diangkat sekat kayu di atas punggungnya (yakni untuk dijual dipasar) maka itu lebih baik bagimu daripada minta kepada seseorang baik diberi ataupun ditolak.

2.      Biografi Perawi
Hakim Ibn Hijam di lahirkan di ka’bah, tetapi ada yang tidak menyetujui pendapat ini. Ia termasuk salah seorang yang masuk islam pada waktu futuh Al-Makkah dan termasuk salah seorang yang di segani baik pada masa jahilliyah maupun dikalangan umat islam. Ia meriwayatkan hadis dari Rasululloh sebanyak 49 hadis.

3.      Penjelasan Hadits
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya dengan cara meminta- minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat islam yang mulia dan memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam FirmanNya :
¬!ur äo¨Ïèø9$# ¾Ï&Î!qßtÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur  
Artinya : “Kekuatan itu bagi Allah bagi RasulNya dan bagi kaum Mikminin “ (QS. Al-munafiqun, ayat 8)
Seorang peminta-minta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan tangannya, selain telah merendahkan dirinya, ia pun secara tidak langsung telah merendahkan ajaran agamanya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan sebagai kufur nikmat karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha dan mencari rezeki sebagaimana di perintahkan syara’. Padahal Allah selalu memberikan rezeki pada makhluk Nya yang berusaha.
Orang yang tidak meminta-minta dan menggantungkan hidup kepada orang lain meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat dalam pandangan Allah. Dan Allah akan memuliakannya dan mencukupinya. Orang islam harus berusaha memanfaatkan karunia yang diberikan Allah. Yang berupa kekuatan dan kemampuan dirinya untuk mencukupi hidupnya disertai doa kepada Allah swt.

4.      Fiqih al-hadist
Tangan yang diatas yakni pemberi sedekah lebih baik dari pada tangan yang dibawah, yang meminta-minta atau menggantungkan hidupnya pada orang lain. Dalam memberikan bantuan kepada orang lain, hendaknya mendahulukan keluarga, sedangkan sedekah yang diberikan tersebut berasal dari kelebihan rezekinya. Orang yang menjaga kehormatan diri, dengan berusaha untuk tidak meminta-minta atau menggantungkan hidup pada orang lain, ia akan dicukupkan oleh Allah. Pekerjaan yang tampak hina dan hanya menghasikan sedikit uang lebih baik dari pada meminta-minta.

C.    Mukmin yang Kuat Mendapat Pujian
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ». ﴿أَخْرَجَهُ مُسْلِم﴾
1.      Terjemahan Hadits
Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dalam segala sesuatu, ia dipandang lebih baik. Raihlah apa yang memberi manfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah. Jangan lemah! Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah berkata,’ kalau aku berbuat begini, pasti begini dan begitu, tapi katakanlah, “ Allah SWT telah menentukan dan Allah menghendaki aku untuk berbuat karena (kata) “ kalau” akan mendorong pada perbuatan setan. (H.R Muslim).
2.      Penjelasan Singkat
Hadis diatas mengandung 3 perintah dan 2 larangan yaitu:
a.       Memperkuat iman
Keimanan seseorang akan membawa pada kemuliaan baginya, baik di dunia maupun akhirat. Kalau keimanan nya kuat dan selalu diikuti dengan amal soleh, maka ia kan mendapat manis nya iman, sebagaimana firman Allah SWT:
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
Artinya ; Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-nahlu ayat 97)
Setiap orang memiliki tingkat keimanan yang berbeda-beda. Ada yang kuat keimanannya yang ditandai dengan selalu berusaha untuk melakukan berbagai amal yang diperintahkan oleh Allah SWT. ada pula yang lemah keimanannya ia tidak mau mengrjakan kewajiban sebagai ornag beriman. Hal ini karna orang yang kuat imannya akan selalu berusaha menjadikan aktifitasnya dalam kebaikan. Kekuatan dalam hadis di atas dapat juga dipahami dalam hal ekonomi atau kekayaan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Rasululloh saw. memerintahkan orang yang beriman untuk menghiasi keimanannya dengn amal shaleh serta memelihara badannya agar kuat dan rajin berusaha sehingga kuat keekonomiannya.
b.      Perintah untuk memanfaatkan waktu
Banyak sekali aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan seorang mukmin, seperti cari ilmu, bekerja, dll. Oleh karena itu jangan menghambur-hamburkan waktu untuk kegiatan yang tidak bermanfaat. Dalam kehidupan di masyarakat, orang yang sukses adalah yang selalu menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Mereka mengganggap bahwa waktu adalah uang.
c.       Memohon pertolongan Allah
Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar, sedangkan yang memutuskan keberhasilannya adalah Allah. Seseoarang tidak akan mencapai kesuksesan, tanpa danya kekuasaan dan kehendak Allah. Namun Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan pekerjaan orang. Oleh karena itu, bekerja dan berusaha dengan sebaik-baiknya disertai permohonan atas pertolongan Allah swt.
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ  
Artinya : Hanya kepada-Mu aku beribadah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan. (QS. Al-fatihah ayat 5).
d.      Larangan membiarkan kelemahan
Kelemahan seseorang berawal dari kemalasannya. Orang menjadi bodoh karena malas mencari ilmu. Setiap orang harus berusaha untuk mengubah segala kelemahan yang ada pada dirinya karena Allah SWT. tidak akan mengubahnya kalau orang tersebut tidak mau mengubahnya.
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3  
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-ra’du ayat 11.
e.       Larangan untuk menyatakan “kalau”
Dalam berusaha, tidak dapat dipastikan bahwa selamanya berhasil. Suatu waktu seseorang pasti akan mendapatkan kegagalan. Islam menganjurkan untuk menyerahkan sepenuhnya kepada Allah karena manusia hanya berusaha untuk berikhtiar. Pernyataan “kalau begini dan begitu” merupakan godaan setan untuk mendahului kehendak Allah swt. bahwa suatu usaha akan berhasil jika Allah tidak menghendaki keberhasilannya.

3.      Fiqih al-hadist
Seorang mukmin harus berusaha untuk memanfaatkan kesempatan terhadap segala sesuatu yang bermanfaat yaitu dengan mengisi waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat. Setelah berusaha dengan baik, seorang mukmin harus bertawakal dan berdoa kepada Allah. Jika ditimpa kegagalan seorang muslim tidak boleh berkata “kalau aku berbuat begini, pasti begini dan begitu.” Akan tetapi, hendaknya ia berkata ”Allah swt. telah menentukan dan menghendaki hal itu.” Karena pernyataan kalau berarti mendahului kehendak Allahdan termasuk salah satu perbuatan setan.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengahrapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian tidak dibenarkan pula terlalu mengandalakan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya.
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya dengan cara meminta- minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat islam yang mulia dan memiliki kekuatan.
Seorang mukmin harus berusaha untuk memanfaatkan kesempatan terhadap segala sesuatu yang bermanfaat yaitu dengan mengisi waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat. Setelah berusaha dengan baik, seorang mukmin harus bertawakal dan berdoa kepada Allah. Jika ditimpa kegagalan seorang muslim tidak boleh berkata “kalau aku berbuat begini, pasti begini dan begitu.” Akan tetapi, hendaknya ia berkata ”Allah swt. telah menentukan dan menghendaki hal itu.” Karena pernyataan kalau berarti mendahului kehendak Allahdan termasuk salah satu perbuatan setan.









DAFTAR PUSTAKA

Al-Hikmah. 2008. Al-Quran Dan Terjemahannya. Bandung: CV Diponegoro.
Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku Al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum : pustaka setia.
Syafe’i, Rachmat.2000. Al-Hadits. Bandung:  Setia Pustaka

Fachruddin dan Irfan Fachruddin. 1996. Pilihan Sabda Rasul (Hadis-Hadis Pilihan). Jakarta: Bumi Aksara.

0 komentar:

Post a Comment

 
Top