Makalah Bahasa Arab tentang Idhafah, nakirah, dan makrifah
disusun Oleh Muazzin, S.H.I
alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015

idhafah, makrifah dan nakirah


KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah BAHASA ARAB pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat judul Idhafah, makrifah dan nakirah”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Wassalam
Penulis,


DEDEK NURYANTI



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................             i
DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................            1
B.    Rumusan Masalah..............................................................................             1
C.    Tujuan penulisan................................................................................             1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    IDHAFAH........................................................................................            2
B.     MAKRIFAH DAN NAKIRAH.......................................................            5

BAB III    PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................             9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            10







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Bahasa arab merupakan bahasa yang penting bagi umat islam dalam mempelajari al-Qur’an. Untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami isi dan makna al-Qur’an di perlukannya memahami dan mengerti tentang tata bahasa arab. Salah satunya idhofah yang sebagian orang belum mengerti arti dan cara penggunaan idhofah dalam suatu kalimat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang idhofah, macam-macam idhofah, cara penggunaan dan contoh-contoh idhofah.
          Idhofah merupakan penyandaran suatu isim kepada isim lain sehingga menimbulkan makna yang spesifik. Idhofah terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Banyak juga yang kurang memahami dan membedakan mudhof dan mudhof ilaih. Dengan membahas idhofah otomatis juga akan membahas mudhof dan mudhof ilaih dan ciri-cirimya. Dan juga dapat membuat kalimat-kalimat dalam bahasa arab dengan baik dan benar, bisa memposisikan idhofah dalam suatu kalimat karena sudah mengetahui mudhof dan mudhof ilaihnya.

A.    Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan tentang idhafah
2.      Menjelaskan tentang isem makrifah
3.      Menjelaskan tentang isem nakirah

B.     Tujuan Penulisan
          Adapun tujuan saya dalam menyusun makalah ini adalah untuk memahami tugas dalam perkuliahan, disam ping itu juga agar saya mampu memahami tentang izafah, isem makrifah dan juga isem nakirah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Idhafah
          Idhofah merupakan salah satu bab yang terdapat dalam tatanan bahasa arab yang merupakan rangkaian dua kata yang kemudian dirangkai untuk dijadikan kata lain.
          Menurut arti bahasa idhofah mempunyai arti menyandarkan, sedangkan menurut istilah idhofah adalah menyatukan dua kata yang berbeda untuk mendapatkan kata dan arti yang baru dan kata yang kedua harus dibaca jar.
وَاخْفِضْبِهِالإِسْمَالّذِىلَهُتَلاَ artinya dan jerkanlah dengan mudhof isim yang mengiringi mudhof yaitu mudhof ilaih.  ( kitab fathu robul bariyah syarah nadhom Al ‘Imrithi halaman 52 ).
        Dalam tatanan bahasa Indonesia idhofah hampir menyerupai dengan kalimat majmuk, keberadaannya terdapat dua kata berbeda kemudian dirangkai menjadi satu kata yang akhirnya timbul kata dan arti yang lain.
        Contoh kata Matahari ketika dipisah maka terdapat kata Mata dan Hari, mata mempunyai arti tersendiri dan hari pun terdapat arti tersendiri yang keduanya tidak saling berhubungan, ketika dua kata itu dirangkai menjadi satu kata maka menjadi kata Matahari yang tentunya menjadi kata baru yang sama sekali tidak ada hubungannya saat kata tersebut dipisah baik dari segi kata ataupun artinya.
     Pada dasarnya idhofah terdapat dua unsur  yaitu mudhof dan mudhof ilaih,
·         Mudhof artinya yang menyandariØ
·         Mudhof ilaih artinya yang disandariØ

Contoh : اَرْكَانُالصَّلاَةِ
     Kata اَرْكَانُ artinya beberapa rukun kata ini masih umum, rukun apapun bisa masuk, kataالصَّلاَةِ artinya sholat bearti perbuatan yang dimulai dengan takbirotul ihram diakhiri dengan salam dengan mengikuti syarat dan rukunnya. Setelah dua kata ini dirangkai menjadi اَرْكَانُالصَّلاَةِ maka arti yang timbul adalah niat, takbirotul ihrom, baca fatihah dan yang lain dalam ruang lingkup rukun sholat.
         Kalimat / Kata nantinya bisa dijadikan mudhof atau mudhof ilaih tentunya harus mengikuti syarat –syarat yang terdapat dalam tatanan bahasa arab.

ü  Syarat – syarat Mudhof
Syarat – syarat Mudhof ( kata yang menyandari ) yaitu :
1.         Tidak diperbolehkan adanya nun tanda I’rob atau nun tanda jama’ ataupun nun  tatsniyah
2.         Tidak boleh ditanwin
3.         Tidak boleh terdapat ال

Contoh : أََهْلُكُمْأَهْلُوْنَا   ( ahli kamu semua adalah ahli kita )
·         Asli dari kalimat tersebut adalah أََهْلٌلَكُمْأَهْلُوْنَلَنَا ( ahli bagi kamu semua itu ahli bagi kita )
·         Pada lafadz أََهْلٌ  tanwin harus dibuang sebagai tanda bahwa kata itu berdiri sendiri.
·         Pada lafadz لَكُمْ  dan  لَنَا  lam harus dibuang untuk meringankan bacaan.
·         Pada lafadz  أَهْلُوْنَ  nun tanda jama’ harus dibuang sebagai syarat lafazd itu boleh dimudhofkan.
·         مِنَالْمُضَافِاَسْقِطِالتَّنْوِيْنَا # اَوْنُوْنَهُكَاَهْلِكُمْاَهْلِنَا ( hilangkanlah tanwin dan beberapa nun yang terdapat pada mudhof )
ال juga tidak diperbolehkan dalam mudhof ketika idhofah itu idhofah yang mahdhoh /murni namun bila itu idhofah ghoiru mahdhoh diperbolehkan, karena idhofah itu sudah mengganti adanya ال maka ketika sudah idhofahkan masih diberi ال akan terdapat dua tanda yang sama terdapat dalam satu kalimat, dalam susunan bahasa arab hal seperti itu tidak diperbolehkan.
 ( ket : kitab Ibnu ‘Aqil syarah nadhom alfiyah Ibnu Malik hal 102 )
Contoh :الْوُضُوْءِشَرْطُ
Maka tidak boleh dibaca الْوُضُوْءِِالشَرْطُ
Idhofah dikatakan ghoiru mahdhoh ketika mudhof menyerupai dengan fiil mudhori’ ( yaitu isim fail dan isim maf’ul ) atau sifat musyabbihah. 
Contoh :      menyerupai isim fail هذاضَارِبُزَيْدٍ
             Menyerupai isim maf’ul هذامَضْرُوْبُالأَبِ
             Menyerupai sifat musyabbihahأَحْسَنُالْوَجْهِهذا    

ü  Syarat Mudhof ilaih
Syarat Mudhof ilaih ( kata yang disandari ) :
         Harus dibaca jer contohØ الْوُضُوْءِِشَرْطُ
وَوَصْلُألبِذَاالمُضَافِمُغْتَفِرٌ  ( bertemunya al dengan mudhof itu dimaklumi tatkala idhofah ghoiru mahdhoh/tidak murni ). Keterangan kitab Ibnu ‘Aqil syarah nadhom Alfiyah halaman 102.
Keberadaan idhofah itu sendiri sebetulnya menyimpan huruf yang terbuang / tersimpan seperti :
1.         مِنْ artinya dari
2.         فى artinya didalam
3.         ل artinya untuk / bagi

Contoh :
·         هذاثَوْبُخُزٍّ  artinya ini baju sutra tatkala dicermati maka kalimat ini menyimpan  مِنْ berarti ini baju dari sutra.
·         الْوُضُوْءِشَرْطُ artinya syarat wudlu ketika diperhatikan kalimat ini menyimpan فى  berarti syarat didalam wudlu.
·         غُلاَمُزَيْدٍ artinya pembantu bapak zaid ketika diurai kalimat ini menyimpan ل bearti pembantu bagi bapak zaed.
Keterangan idhofah menyimpan beberapa huruf bisa dilihat dalam kitab fathu robul bariyah syarah nadhom al ‘Imrithi bab idhofah halaman 52.
وَهْوَعَلىَتَقْدِرِفِىاَوْلاَمٍ # اَوْمِنْكَمَكْرِالَّيْلِاَوْغُلاَمِ ( bahwa mudhof ilaih itu mengira-ngirakan lafadz fi atau li atau min )

B.     Makrifah dan Nakirah
Isim itu terbagi pada nakirah dan ma’rifah.
1.      Isim nakirah adalah isim yang pengertiannya tidak tertentu, seperti :
·          seorang manusia, dan
·          sebuah pena, (tidak tertentu pena yang mana)
2.      Isim ma’rifat adalah isim yang diketahui (difahami) maksudnya.

Isim Ma’rifat
ما دل على معين
          Lafadz yang menunjukkan benda tertentu.
Isim Nakirah
والنكرة كل اسم شائع في جنسه لا يختص به واحد دون آخر وتقريبه كل ما صلح دخول الألف واللام عليه نحوالرجل والغلام
Isim nakirah ialah isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan sesuatu perkara dan lainnya. Singkatnya ialah, setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam, contoh : الرجل   atau  الغلام   (asalnya رجل  dan  غلام).

Pembagian Isim Ma’rifat dan Isim Nakirah
            1. Pembagian Isim Ma’rifat
A. Isim ‘Alam
            Kaidah:                                                                                                 القاعدة 
العلم اسم معرفة سمى به شخص أومكان أوحيوان أو أي شيئ اخر
Alam, yaitu isim ma’rifat yang digunakan untuk menamai orang, tempat, hewan, atau benda-benda lain[4].

            Dan isim ‘alam  itu terbagi pula pada isim, kunyah dan laqab. Yang dimaksud dengankunyah yaitu setiap sebutan nama atau panggilan yang tersusun dari dua kata dengan cara idhafat. Dan laqab yaitu setiap panggilan yang menunjukkan ketinggian martabat atau merendahkannya.

B. Isim Dhamir
            Isim dhamir yaitu isim kata ganti untuk pembicara atau orang pertama, dan untuk orang yang diajak bicara atau orang kedua, seperti : انا    = saya, dan انت  = engkau (lk), dan untuk orang ketiga هو = dia (lk).
            Dan dhamir itu terbagi kepada dua bagian, yaitu:
1. Dhamir bariz
2. Dhamir mustatir
            Yang dimaksud dengan dhamir bariz adalah dhamir yang ada bentuknya (berupa lafadz) seperti ( ت ) pada فهمت  . Dan dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak ada bentuknya (tidak tampak berupa lafadz), melainkan hanya dalam pemahaman saja, seperti dhamir pada fi’il  فهم dhamirnya هو . Dan dhamir bariz itu terbagi pada munfashil dan muttashil. Dhamir munfashil yaitu dhamir yang tampak karena berdiri sendiri dalam pengucapan, seperti انا  = saya, dan نحن  = kita. Dan dhamir muttashil yaitu dhamir yang tampaknya seakan-akan merupakan bagian atau suku kata dari kata-kata sebelumnya seperti ( ت ) pada فهمت dan ( ا  ) pada فهما  .
C. Isim Mubham
            Yang dikehendaki adalah isim isyaroh dan isim maushul, dikarenakan makna keduanya yang samar (mubham), yang bisa tertentu dengan melalui isyaroh dan shilah.
            1. Isim Isyaroh
                        Yaitu isim yang dicetak untuk perkara yang diisyarohi yang tampak dengan jari (telunjuk) dan sesamanya.
Contoh : هذاهذه , هؤلاء          
2. Isim Maushul
                        Yaitu isim yang menunjukkan sesuatu/seseorang yang tertentu dengan cara menyebutkan suatu kalimat sesudahnya yang disebut selatul-maushul. Dan lafadz-lafadznya adalah :
الذى                 : yang digunakan untuk seorang laki atau sesuatu jenis 
            mudzakkar
اللذان / اللذين    : yang digunakan untuk dua orang/benda jenis mudzakkar       
 الذين/ الأولى    : yang digunakan untuk jama’ manusia mudzakkar
الت                   : yang digunakan untuk seorang perempuan atau sejenis
             muannats
اللتان / اللتين     : yang digunakan untuk dua orang/benda jenis muannats
اللاتى / اللائ     : yang digunakan untuk jama’ manusia muannats
D. Isim-isim yang dimasuki أل 
          Yaitu isim yang dimasuki أل dan memberikan pengertian ketentuan bagi isim tersebut. Seperti : السيف  = pedang itu
                                     القلم    pena itu

E. Isim yang di idhofahkan pada isim ma’rifat
            Yaitu isim-isim yang di idhofahkan pada salah satu dari isim-isim ma’rifat yang di muka maka terjadilah ma’rifat dengan itu :
Contoh:
قلم محمود        = Di idhofahkan pada Isim Alam
قلم هذا            = Di idhofahkan pada Isim Isyaroh
قلمك                 = Di idhofahkan pada Isim Dhamir
قلم الرجل         = Di idhofahkan pada lafadz yang dimasuki Al
قلم الذى كتب     = Di idhofahkan pada Isim Maushul
F. Isim ma’rifat dengan sebab Nida’
            Yaitu isim munada’ yang ditentukan maksudnya, maka dengan sebab itu jadilah isim ma’rifat (isim munada’ yaitu isim yang diseru dengan kata seru  يا ).
Contoh :
يا رجل                = Hai! Bung!
يا غلام               = Hai nak!
2.3 Pengaplikasian isim ma’rifat dan isim nakirah didalam bentuk kalimat
            A. Contoh-contoh dari Isim Ma’rifat
1. Contoh dari Isim Alam :
ابو بكر يذهب الى السوق-               = Abu bakar sedang pergi ke pasar
هارون الرشيد يشتري الرز-            = Harun Ar-Rasyid sedang membeli beras

2. Contoh dari Isim Dhamir :
انا موظف                                 = Saya adalah seorang pegawai
- بيتها فسدة                                = Rumahnya(pr) itu rusak
3. Contoh dari Isim Mubham
            a. Contoh dari Isim Isyaroh :
                        -  هذا كوب                      = Ini adalah sebuah gelas
                        هذه خزانة                    = Ini adalah sebuah Almari
                        اولاء الصائمون             = Mereka adalah orang-orang yang berpuasa
            b. Contoh dari Isim Maushul :
                        -    اكرم الذى علمك          = Muliakanlah orang yang telah
    mengajarkan engkau
                        اكرم الذين علماك           = Muliakanlah orang yang telah
    mengajarkan engkau
                        - اكرم الذين علموك          = Muliakanlah orang yang telah
    mengajarkan engkau
Dari ketiga contoh tersebut memiliki arti yang sama, namun berbeda cara penempatan dan kedudukannya.
4. Contoh dari Isim-isim yang dimasuki أل  :
            - الدكان فسيح                              = Toko itu luas                       
            - المستشفى فسدة                                     = Rumah sakit itu rusak

5. Contoh dari Isim yang di idhofahkan pada isim ma’rifat
            - بيت عائشة ضيقة                        = Rumah Aisyah itu sempit
            - جدار ذلك واسخ                         = Dinding itu kotor
6. Contoh dari Isim ma’rifat dengan sebab Nida’ :
            - يا احمد ارجع الى بيتك                 = Hai Ahmad! Pulanglah ke rumahmu!
            - يا فاطمة ا كنسى فناء بيتك            = Hai Fatimah! Sapulah Halaman
   Rumahmu!
            B. Contoh dari Isim Nakirah :
Didalam laci itu ada buku)                          =         فى الدرج كتاب
- ( Seorang laki-laki menanyakan ayahku)      = سأل رجل عن والدى
- ( Muhammad merobek kertas )                     =  مزق محمد ورقة     

            Keterangan :
                        Apabila kita perhatikan setiap isim dalam kalimat-kalimat di atas, kita akan melihat bahwa kata كتاب (buku), رجل  (seorang laki-laki), ورقة (kertas), ia tidak menunjukkan kepada benda tertentu yang sudah kita kenal. Isim seperti ini disebut dengan Isim Nakirah.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
          Idhofah merupakan salah satu bab yang terdapat dalam tatanan bahasa arab yang merupakan rangkaian dua kata yang kemudian dirangkai untuk dijadikan kata lain.
          Menurut arti bahasa idhofah mempunyai arti menyandarkan, sedangkan menurut istilah idhofah adalah menyatukan dua kata yang berbeda untuk mendapatkan kata dan arti yang baru dan kata yang kedua harus dibaca jer.
             Isim Ma’rifat, yaitu suatu isim yang menunjukkan pada suatu benda tertentu yang bersifat khusus, dan Isim Nakirah, yaitu suatu isim yang tidak menunjukkan pada suatu benda tertentu yang bersifat umum. Di samping itu, macam-macam Isim Ma’rifat dan Isim Nakirah antara lain:
           Isim Ma’rifat terbagi menjadi 7 macam, yaitu: Isim Alam, Isim Isyaroh, Isim Maushul, Isim Dhamir, Isim-isim yang dimasuki Alif dan Lam, Isim yang di idhofahkan pada isim ma’rifat dan Isim Ma’rifat dengan sebab Nida’. Dan Isim Nakirah tidak ada pembagiannya atau macam-macamnya.











DAFTAR PUSTAKA

Thalib, Drs. Muhammad, Tata Bahasa Arab 2 Terjemah ANNAHWUL WADHIH Ibtidaiyyah, (Bandung:PT Al Ma’arif), 2002
Umam, Prof. Dr. H. Chatibul dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:Darul Ulum Press), 2010
Anwar, K.H. Muhammad, Ilmu Nahwu, (Bandung:Penerbit Sinar Baru Algensindo), 2009
Shofwan, M.Sholihuddin, Pengantar Memahami Al-Jurumiyyah, (Lirboyo:Darul Hikmah), 1999
Syaekhuddin, Ahmad dkk, Belajar Bahasa Arab, (Jakarta:Penerbit Erlangga), 2009


0 komentar:

Post a Comment

 
Top