Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun
langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hadits
pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan
ini penulis mengangkat judul “Tingkah
Laku Terpuji”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun
isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pentingnya
kejujuran.........................................................................
2
B.
Kejujuran
membawa kebajikan ......................................................... 5
C.
Orang
yang jujur mendapat pertolongan Allah.................................. 7
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 9
B.
Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak keterangan yang
mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka
akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha
untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk
memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak hadits yang
menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang
yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana
ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang
jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kekemanisan yang akan
diapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas seperti apakah
pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut
penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasar pada
hadits Rasulullah saw.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan hadits tentang pentingnnya kejujuran
2.
Menjelaskan hadits tentang kejujuran membawa
kebajikan
3.
Menjelaskan hadits tentang orang yang jujur
mendapat pertolongan Allah
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah agar kami dan semua
mahasiswa/I mampu memahami hadits-hadits tentang tingkah laku terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Kejujuran (RS: 623)
عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ البَاهِليِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنَا زَعِيمٌ ببَيْتٍ فِي رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ المِرَاءَ، وَإنْ كَانَ مُحِقّاً، وَبِبَيْتٍ في وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ الكَذِبَ، وَإنْ كَانَ مَازِحاً، وَبِبَيْتٍ في أعلَى الجَنَّةِ لِمَنْ
حَسُنَ خُلُقُهُ». ﴿رَوَاهُ أَبُو دَاوُد بِإِسْنَادٍ صَحِيْح(
1. Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah
SAW. bersabda, "Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang
yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di
pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan
menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi
pekerlinya. " (H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
2. Biografi Perawi
Abu Umamah Al-Bakhily,
nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ash-Shady Al-Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah,
Ibn Ma'an Ibn Malik, Ibn Ashar, Ibn Sa'id, Ibn Qais Ailan Ibn Mudhar, Ibn
Najar, Ibn Mu'adalah Ibn Adnan. la termasuk salah seorang sahabat yang masyhur.
Ia meriwayatkan hadis
dari Rasulullah, SAW. sebanyak 250 hadis. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari sebanyak 5 hadis, dan
diriwayatkan oleh Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya banyak
diriwayatkan pengarang Kitab Sunan yang enam.
Dia tinggal di Mesir
dan meninggal di sana pada tahun 81 atau 86 H. la termasuk sahabat paling akhir
yang meninggal di Syam dan hadis-hadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.
3. Penjelasan Hadis
Hadis ini menerangkan
tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasullullah bagi
mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi
berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku
tersebut adalah:
a. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau
berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk menjadikan
orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat
dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu
persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam
berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan.
debatnya dengan berbagai cara.
Sebenamya, tidak semua
bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam
mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa
diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan
didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang
yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh orang lain
ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu,
biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun.
Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh
karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah
satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW. Bersabda:
ما ضل قوم
بعد أن هداهم الله إلا أوتواالجدل. (رواه الترمذى عن أبى أمامة)
Artinya : "Tidaklah sesat
suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan
perdebatan.” (H.R. At-Tirmidzi, dari
Abu Umamah)
Adapun dalam menghadapi
orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan
umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang
dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah
dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala
yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.
b. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan
sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang
lain, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam
bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana
di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat
ditengah surga.
c. Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan
juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis,
berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri
dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan
surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang
paling baik diantara sesame manusia lain.
Analisis Hadis diatas Sesuai Dengan Kacamata
Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis diatas,
yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu yang telah
ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku
dalam pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia
benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat dengan
dilandasi keegoan, berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk
mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun
bergurau, karena dusta itu perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu
mengundang tawa orang. Alasan apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap
dilarang dalam islam.Dalam hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki
sifat budi pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan
ditingkatkan derajatnya disisi Allah Swt dan juga di janjikan surga serta
dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia yang lain.
B.
Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)
حَدِيثُ
عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ
البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ
صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي
إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله
كَذَّابًا». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
1. Terjemahan Hadist
Abdullah ibn Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu
akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku
jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu
akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan
menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia
akan dicatat sebagai seorang pendusta.”
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari
dalam kitab “tatakrama” bab: firman Allah Ta’ala: Hai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang
yang benar.)
2. Biografi Perawi
Dia adalah Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud salah seorang Assabiqun Al-awalaun (golongan
yang pertama-tama masuk Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan ahli fiqih,
hafal dari Rasulullah saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia
60 tahun
3. Penjelasan Hadis
Dalam hadits ini
mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka
akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha
untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk
memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas
menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang
yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana
ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan
diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia
akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu
siddiq, artinya orany yang sangat jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran
dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran
dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah .
Ï%©!$#ur uä!%y` É-ôÅ_Á9$$Î/ s-£|¹ur ÿ¾ÏmÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqà)GßJø9$#
Artinya :“Orang-orang yang datang menyampaikan
kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang
taqwa” ( QS Az-zumar:33 )
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yng
jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah
swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah
Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada
Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta
nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata “jangan bohong”.
Perkataan rasulullah saw. Terus mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga
setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa
Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak
jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.
Analisis Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata
Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:
·
Setiap perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai
dengan perbuatannya,
·
Siddiq sebagai cerminan kebaikan,
·
Dusta merupakan gambaran setiap yang jahat.
Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi
dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata
dusta, perbuatnnya itu selain merugikan dirinya juga merugikan orang lain
karena tidak akan ada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan
seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat
hancur.
Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya
masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta
akan menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka,
dan ia dicatat sebagai pendusta.
Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran
seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang
yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu
mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran
akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha
melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya
C.
Orang Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى
اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ
البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهُمَا﴾
1. Terjemahan Hadist
“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah WAW bersabda: “barang siapa yang menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) dan dia
ingin mengembalikannya,maka Allah akan (membantu) mengembalikannya. Dan barang
siapa mengambilnya adengan maksud untuk merusaknya, Allah pun akan merusaknya.”
2.
Penjelasan Hadist
Dalam kehidupan
masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang
lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam
dan Allah swt. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat
menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk
berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak
memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan
menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Analisis Hadis
Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai
Aspek Kehidupan
Dalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang
jujur akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan
kita bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik,
karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh
pemilik kepadanya.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1. Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi
hatinya.
3. Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di
sisi manusia.
5. Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan
akhirat.
6. Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya
melaksanakan kewajiban.
7. Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8. Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan
surge dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga
perilaku ini harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan
islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1.
Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia
benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud
untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan
lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu
tidak tahu persis permasalahan, karna kebodohannya.
2.
Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena
selain merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.
3.
Orang yang baik budi pekertinya
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis,
berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri
dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan
surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang
paling baik diantara sesame manusia lain.
B.
Saran
Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan
setelah kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita
jadikan sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik
berhubungan dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami
selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil
rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam
makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku –
buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara
mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan
akhlak terpuji tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis aqidah,akhlaq, social dan hukum, Bandung : Pustaka Setia. 2000.
Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih Bukhari,
Surabaya : Bintang Timur
Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya
ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.)
0 komentar:
Post a Comment