Makalah ulumul Quran tentang I'jaz Al-quran
disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015

Makalah I'jaz (Kemukjizatan) Al-quran


KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat judul I’jaz Al-quran”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Wassalam
Penulis,


KELOMPOK 13


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................             i
DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................            1
B.    Rumusan Masalah..............................................................................             1
C.    Tujuan penulisan................................................................................             1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Pengertian I’jaz Al-quran...................................................................            2
B.     Segi-segi kemukjizatan Al-quran.......................................................            3
C.     Macam-macam I’jaz Al-quran...........................................................             6
D.    Pendapat Ulama.................................................................................             8

BAB III    PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................             10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            11





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
            Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk, sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat akal manusia pada awal fase perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.
             Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan tentang pengertian I’jazul quran
2.      Menjelaskan segi-segi kemukjizatan al-quran
3.      Menjelaskan pendapat ulama tentang I’jazul quran

C.    Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan, disamping itu juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa/i mampu memahami tentang I’jazul quran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian I’jazul Quran
              I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah. Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam tiga tahapan:
1.      Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.
2.      Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3.      Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.
             Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.10, Yunus : 38).
              Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.
              Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaannya.[1]
            Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama berbeda pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di antaranya yaitu :
1)            Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai berikut :
·         Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
·         Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
·         Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
·         Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2)            Imam al-Khotthoby (wafat 388 H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja.
3)            Imam al-Jahidh (w. 255 H) di dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an itu hanya satu macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan semboyan :
انَّ الاِعْجَازَ اِنَّمَا هُوَ فِى النَّطْمِ
4)            Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.

B.     Segi-segi Kemukjizatan Al-quran
1.      Gaya Bahasa
              Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam. Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
2.      Susunan Kalimat
            Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.[2]
3.      Hukum Ilahi yang sempurna
             Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta hokum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
4.      Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya, beberapa contoh diantaranya :
·         Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak 145 kali.
·         An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
·         Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.
·         As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan) sebanyak masing-masing 167 kali.
·         Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan) sebanyak masing-msing 13 kali.

b.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya:
·         Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.
·         Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.
·         Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali.

c.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya
·         Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali.
·         Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali.
·         Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka) masing-masing 154 kali.

d.      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
·         Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali.
·         Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali.
·         Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali.

e.       Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga keseimbangan khusus:
·         Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
·         Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

5.      Berita tentang hal-hal yang gaib
            Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita-berita gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya.
6.      Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an, misalnya:
·         Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan.
·         Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.
·         Perbedaan sidik jari manusia.
·         Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.
·         Adanya nurani dan bawah sadar manusia.
·         Yang merasakan nyeri adalah kulit.
·         Aroma atau bau manusia berbeda-beda.[3]

C.    Macam-macam Kemukjizatan Al-quran
           Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu pertamamukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal, dan kedua mukjizat imaterial, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi tersebut menyampaikan risalahnya.[4]
            Perahu Nabi Nuh a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas izin Allah; dan lain-lain. Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi atau material, namun dapat dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al- Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.[5]
            Al-Qur’an mengemukakan, alasan mengapa bukti mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah Al-Qur’an? Karna sesungguhnya umat terdahulu jikalau di tunjukkan mukjizat para Nabi Allah SWT, mereka berdusta. Sebagaimana firman Allah :
$tBur !$oYyèuZtB br& Ÿ@ÅöœR ÏM»tƒFy$$Î/ HwÎ) br& z>¤Ÿ2 $pkÍ5 tbqä9¨rF{$# 4 $oY÷s?#uäur yŠqßJrO sps%$¨Z9$# ZouŽÅÇö7ãB (#qßJn=sàsù $pkÍ5 4 $tBur ã@ÅöçR ÏM»tƒFy$$Î/ žwÎ) $ZÿƒÈqøƒrB ÇÎÒÈ  
 “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan tanda-tanda (mukjizat) yang bersifat indrawi (melalui Engkau Nabi Muhammad) melainkan karena tanda-tanda (semacam )itu telah (kami kirimkan sebelum ini, namun) didustakan oleh umat terdahulu” (QS Al-Isra : 59)
            Penolakan terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, sudah terjadi pada waktu turunnya. Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an merupakan buah karya Nabi Muhammad Saw, padahal beliau sendiri seorang yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca). Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, Al- Qur’an menantang dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.      Mendatangkan semisal Al- Qur’an
Disini Allah memerintahkan Manusia dan Jin berkumpul untuk membuat semacam Al- Qur’an. Sebagaimana Firman Allah :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
“katakanlah : sesungguhnya jika berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang seperti Al- Qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain” (QS. Al- Isra’ : 88)
2.      Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al- Qur’an.
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ  
Bahkan mereka mengatakan : Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu. Katakanlah, (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat untuk menyamainya, dan panggilah orang-orang yang kamu anggap sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Hud : 13)
Meskipun lebih ringan dibanding tantangan yang pertama, namun tak seorang pun yang berhasil menjawab tantangan tersebut.
3.      Mendatangkan satu surat
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹
Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah, “(kalau benar yang kamu lakukan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuat-membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar ”. (QS. Yunus : 38)
Dan Allah mengulangi firman-Nya kembali pada surat Al-baqarah:
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ  
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(QS. Al-Baqarah : 23)[6]

D.    Pendapat Ulama
        Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah al-Qur’an itu merupakan makhluk atau bukan. Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat mengenai mukjizat al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara lain:
1.      Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat bahwa kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah bahwa Allah memalingkah orang-orang arab yang menentang al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu untuk menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
2.      Satu golongan ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan balaghahnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah pendapat ahli bahasa.
3.      Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah karena mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam perkataan orang arab pada umumnya.
4.      Golongan yang lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang yang tidak ada seorang pun yang tahu.
5.      Satu golongan berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia mengandung berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.[7]
         Demikian berbagai pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an. Sebenarnya peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki. Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda antara satu ulama dengan ulama yang lain.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah. Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Segi-segi kemukjizatan al-quran adalah :
1.      Gaya bahasa
2.      Susunan kalimat
3.      Hukum ilahi yang sempurna
4.      Ketelitian redaksinya
5.      Berita tentang hal-hal ghaib
6.      Isyarat-isyarat ilmiah
           Pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an. Sebenarnya peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki. Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda antara satu ulama dengan ulama yang lain.






DAFTAR PUSTAKA

Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997)
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.



[1] Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
[2] Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
[3] Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.
[4] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :35
[5]  M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :36
[6] Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
[7] Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.

1 komentar:

 
Top