Makalah ulumul Quran tentang I'jaz Al-quran
disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam
rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis
mengangkat judul “I’jaz Al-quran”.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
KELOMPOK 13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
I’jaz Al-quran...................................................................
2
B.
Segi-segi
kemukjizatan Al-quran.......................................................
3
C.
Macam-macam
I’jaz Al-quran........................................................... 6
D.
Pendapat Ulama................................................................................. 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Allah
telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan, serta
memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus segala medan untuk
menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai
pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah
sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya sebersit wahyu
dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk, sehingga mereka
dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan
pengetahuan. Namun mengingat akal manusia pada awal fase perkembangannya tidak
melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah
yang hissi (indrawi), karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam
bidang pengetahuan dan pemikiran.
Allah
telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan manusia menjadi
tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan al-Qur’an juga
merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian marilah kita belajar
mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Menjelaskan tentang pengertian I’jazul quran
2.
Menjelaskan segi-segi kemukjizatan al-quran
3.
Menjelaskan pendapat ulama tentang I’jazul quran
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan, disamping itu juga agar kami khususnya dan
semua mahasiswa/i mampu memahami tentang I’jazul quran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
I’jazul Quran
I’jaz
(kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah.
Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan
kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an,
dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang
Arab menandingi Qur’an dalam tiga tahapan:
1.
Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum
yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.
2.
Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3.
Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.
Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad
membuat-buatnya." Katakanlah: "(kalau benar yang kamu katakan itu),
maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang
benar." (QS.10, Yunus : 38).
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal
mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri
bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan
kejayaannya.
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap
berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang
tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern
hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam
misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan
perencanaannya.[1]
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama
berbeda pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing,
di antaranya yaitu :
1)
Dr. Abd. Rozzaq Naufal,
dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan
bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai berikut :
·
Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada pada
masa peningkatan mutu sastra Arab.
·
Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang
muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
·
Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa
kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
·
Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik yang muncul
pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2)
Imam al-Khotthoby (wafat 388
H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an mengatakan bahwa kemukjizatan
al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja.
3)
Imam al-Jahidh (w. 255 H) di
dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun Nabawiyah serta al-Bayan wa
at-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada
bidang susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an itu hanya satu
macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan semboyan :
انَّ الاِعْجَازَ اِنَّمَا
هُوَ فِى النَّطْمِ
4)
Moh. Ismail Ibrahim dalam
buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang
mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu
merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama
maupun ilmu-ilmu baru.
B.
Segi-segi
Kemukjizatan Al-quran
1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu
kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara
mereka masuk islam. Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal
sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha
untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan
Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an
tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
2.
Susunan Kalimat
Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi
sama-sama keluar dari mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat
jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di
bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.di
dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada
ucapan manusia.[2]
3.
Hukum Ilahi yang sempurna
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma
keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta
hokum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan
memperoleh kenyataan bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan
serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga
berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan
Allah.
4.
Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :
a.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya,
beberapa contoh diantaranya :
·
Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing
serbanyak 145 kali.
·
An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat),
masing-masing sebanyak 50 kali.
·
Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.
·
As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan)
sebanyak masing-masing 167 kali.
·
Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan)
sebanyak masing-msing 13 kali.
b.
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau
makna yang dikandungnya:
·
Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.
·
Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.
·
Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya)
masing-masing 17 kali.
c.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah
kata yang menunjukan akibatnya
·
Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan)
masing-masing 73 kali.
·
Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan)
masing-masing 12 kali.
·
Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka)
masing-masing 154 kali.
d.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya
·
Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan)
masing-masing 23 kali.
·
Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah)
masing-masing 25 kali.
·
Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing
6 kali.
e.
Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di
temukan juga keseimbangan khusus:
·
Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali,
sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural
(ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari
dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua
belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
·
Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah
ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat
12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu,
penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula
dalam tujuh ayat.
5. Berita tentang hal-hal yang gaib
Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat
Al-Qur’an itu adalah berita-berita gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa
badan firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi
generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah
terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya.
6. Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam
Al-Qur’an, misalnya:
·
Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan
merupakan pantulan.
·
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan
napas.
·
Perbedaan sidik jari manusia.
·
Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.
·
Adanya nurani dan bawah sadar manusia.
·
Yang merasakan nyeri adalah kulit.
·
Aroma atau bau manusia berbeda-beda.[3]
C.
Macam-macam
Kemukjizatan Al-quran
Secara garis besar
mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu pertamamukjizat yang
bersifat material indrawi lagi tidak kekal, dan kedua mukjizat
imaterial, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi
terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material
dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau
langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi tersebut menyampaikan risalahnya.[4]
Perahu Nabi Nuh a.s
yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang
sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular;
penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas izin Allah; dan lain-lain.
Kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat
nabi tersebut berada. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi atau material, namun dapat
dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh
suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al- Qur’an dapat dijangkau oleh
setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.[5]
Al-Qur’an mengemukakan,
alasan mengapa bukti mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah Al-Qur’an? Karna
sesungguhnya umat terdahulu jikalau di tunjukkan mukjizat para Nabi Allah SWT, mereka berdusta. Sebagaimana firman Allah :
$tBur !$oYyèuZtB br&
@ÅöR ÏM»tFy$$Î/
HwÎ) br&
z>¤2 $pkÍ5
tbqä9¨rF{$#
4
$oY÷s?#uäur yqßJrO
sps%$¨Z9$# ZouÅÇö7ãB (#qßJn=sàsù
$pkÍ5
4
$tBur
ã@ÅöçR ÏM»tFy$$Î/
wÎ) $ZÿÈqørB ÇÎÒÈ
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan
tanda-tanda (mukjizat) yang bersifat indrawi (melalui Engkau Nabi Muhammad)
melainkan karena tanda-tanda (semacam )itu telah (kami kirimkan sebelum ini,
namun) didustakan oleh umat terdahulu” (QS Al-Isra : 59)
Penolakan terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, sudah terjadi pada
waktu turunnya. Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an merupakan buah karya
Nabi Muhammad Saw, padahal beliau sendiri seorang yang ummy (tidak bisa menulis
dan membaca). Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al- Qur’an
sebagai wahyu Allah, Al- Qur’an menantang dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1.
Mendatangkan semisal Al- Qur’an
Disini Allah memerintahkan Manusia dan Jin berkumpul untuk membuat semacam Al- Qur’an. Sebagaimana Firman Allah :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
“katakanlah :
sesungguhnya jika berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang seperti Al-
Qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun
sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain” (QS. Al- Isra’ : 88)
2.
Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-
Qur’an.
÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ
“Bahkan mereka mengatakan : Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. Katakanlah, (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat
yang dibuat-buat untuk menyamainya, dan panggilah orang-orang yang kamu anggap
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”
(QS. Hud : 13)
Meskipun lebih ringan dibanding tantangan yang pertama, namun tak
seorang pun yang berhasil menjawab tantangan tersebut.
3.
Mendatangkan satu surat
÷Pr& tbqä9qà)t çm1utIøù$#
(
ö@è% (#qè?ù'sù
;ouqÝ¡Î/
¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur
Ç`tB OçF÷èsÜtGó$#
`ÏiB Èbrß
«!$# bÎ)
÷LäêYä.
tûüÏ%Ï»|¹
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”.
Katakanlah, “(kalau benar yang kamu lakukan itu), maka cobalah datangkan sebuah
surat seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuat-membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar ”. (QS.
Yunus : 38)
Dan Allah mengulangi firman-Nya kembali pada
surat Al-baqarah:
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan
kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar.”(QS. Al-Baqarah : 23)[6]
D.
Pendapat
Ulama
Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan
pandangan para ulama tentang apakah al-Qur’an itu merupakan makhluk atau bukan.
Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat mengenai mukjizat al-Qur’an. Pendapat
mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara lain:
1. Abu Ishaq Ibrahim
al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat bahwa kemukjizatan
al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah bahwa
Allah memalingkah orang-orang arab yang menentang al-Qur’an, padahal sebenarnya
mereka mampu untuk menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
2. Satu golongan
ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan balaghahnya yang
mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah pendapat ahli
bahasa.
3. Sebagian yang
lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah karena mengandung badi’ yang
sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam perkataan orang arab pada
umumnya.
4. Golongan yang
lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang
yang tidak ada seorang pun yang tahu.
5. Satu golongan
berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia mengandung berbagai
macam ilmu hikmah yang dalam.[7]
Demikian berbagai pandangan ulama mengenai kemukjizatan
al-Qur’an. Sebenarnya peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka
miliki. Perbedaan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda
antara satu ulama dengan ulama yang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
I’jaz
(kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah.
Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan
kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an,
dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Segi-segi kemukjizatan
al-quran adalah :
1.
Gaya bahasa
2.
Susunan kalimat
3.
Hukum ilahi yang sempurna
4.
Ketelitian redaksinya
5.
Berita tentang hal-hal ghaib
6.
Isyarat-isyarat ilmiah
Pandangan ulama mengenai kemukjizatan al-Qur’an. Sebenarnya
peninjauan hal itu hanya berdasarkan keilmuan yang mereka miliki. Perbedaan itu
disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki berbeda-beda antara satu ulama
dengan ulama yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khattan,
Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Djalal, Abdul, Ulumul
Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Ash-Shiddieqy, Muhammad
Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra,2002.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997)
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau
dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.
[1]
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
[2]
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an,
Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
[3] Ash-Shiddieqy, Muhammad
Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.
[4] M. Quraish
Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :35
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al- Qur’an, (Bandung : Mizan,1997), h :36
[6]
Minaul Kholil Al-Qutthon, Mabahits fi ulumil Quran, h : 259
[7] Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau
dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007.
:d
ReplyDelete