Makalah tentang الإيثار
بالقرب مكروه و فى غيرها محبوبDisusun Oleh Muazzin, S.H.IAlumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam
rangka melengkapi tugas dari mata kuliah QAWAID FIQHHIYYAH pada Program Studi
Ekonomi Syari’ah IAI AL-AZIZIYAH dengan ini penulis mengangkat judul “ الإيثار بالقرب مكروه و فى غيرها محبوب “
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
KELOMPOK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
itsar ................................................................................. 2
B.
Macam-macam
itsar .......................................................................... 4
C.
Tingkatan itsar .................................................................................. 6
D.
Pengaruh praktik
itsar ....................................................................... 7
E.
Keutamaan itsar ................................................................................ 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saudaraku yang semoga
dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pernahkan Anda melihat pemandangan di
kota-kota besar, di sudut-sudut ibu kota di mana terdapat sebuah perkampungan
miskin, dengan rumah-rumah yang sudah rapuh, saluran air yang telah menghitam,
berdampingan cukup dekat dengan gedung-gedung bertingkat dan rumah-rumah mewah?
Suatu hal yang sungguh ironis, ketimpangan sosial serta rasa peduli dan empati
yang sudah terkikis habis bukanlah suatu hal yang asing di masa kita. Di era
modern yang demikian pesat, semakin tampak sikap egois dan mementingkan diri
sendiri, akan mudah kita dapati orang-orang yang benar-benar tidak peduli
terhadap penderitaan saudara di sekitarnya. Hatinya telah mengeras seperti
batu, meski hanya sekedar membantu kepentingan saudaranya yang membutuhkan.
Mereka telah kehilangan sebuah akhlak emas dalam Islam bernama “al-itsar”.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan itsar ?
2. Apa saja macam-macam itsar ?
3. Bagaimana tingkatan itsar ?
4. Bagaimana pengaruh praktik itsar ?
5. Apa saja keutamaan itsar ?
BAB II
PEMBAHSAN
A. Pengertian
Al-itsar
Itsar (لْإِيثَارُا ),
secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri.sedangkan
itsar Adalah sikap mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya
sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di masa kita
sekarang ini, Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari
ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan
juga dicintai oleh setiap makhluk. Memang jika dilihat dari timbangan logika,
hal ini merupakan hal yang sangat berat, mengorbankan dirinya sendiri demi
kepentingan orang lain tanpa mendapatkan imbalan apapun. Akan tetapi di dalam
agama islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Tinta emas sejarah telah
menuliskannya, bagaimana sikap itsar kaum muslimin terhadap saudaranya.
الإيثار
بالقرب مكروه و فى غيرها محبوب
“Kaidah
itsar itu artinya mengutamakan orang lain, dalam hal mendekatkan diri kepada
Allah, atau mengutamakan orang lain dalam beribadah, itu hukumnya makruh.
Adapun mengutamakan orang lain pada selain ibadah itu dianjurkan. Dalam ibadah
yang dianjurkan dan disunnahkan adalah berlomba-lomba mendapatkan yang paling
afdal. Mendapatkan pahala yang paling banyak. Maka mengutamakan orang lain
sangat tidak dianjurkan alias makruh.
“Contohnya, jika seseorang
memiliki air yang hanya cukup buat berwudhu untuk dirinya saja, maka ia tidak
boleh memberikan air itu pada orang lain, agar orang lain bisa berwudhu
sementara ia tayammum. Yang disunnahkan adalah dia menggunakan air itu untuk
berwudhu biarkan orang lain tayammum. Kecuali jika ada orang lain yang
membutuhkan untuk minum karena kehausan, maka ia sebaiknya memberikan air itu
padanya dan ia bisa bersuci dengan tayammum.
“Contoh lain, jika seorang
Muslimah memiliki satu mukena. Lalu datang waktu shalat. Ia tidak diperbolehkan
mempersilakan orang lain shalat dulu menggunakan mukenanya dan ia menunggu
setelah orang-orang selesai menggunakan mukenanya. Yang benar adalah ia harus
segera shalat sebelum yang lain. Ia harus mengutamakan dirinya. Sebab shalat di
awal waktu itu lebih baik. Baru setelah ia shalat bisa meminjamkan pada orang
lain. Dalam ibadah sekali lagi dimakruhkan mengutamakan orang lain. Begitu
maksud kaidah itu”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman mengenai sambutan orang-orang anshar terhadap orang-orang muhajirin,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا
الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا
يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : “Dan orang-orang yang telah menempati Kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka
tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang
mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Imam Ibnu Abil ‘Izzi
Al-Hanafi rahimahullah menjelaskan siapakah orang-orang yang dimaksud di dalam
ayat ini, “Mereka adalah golongan As-Sabiqunal Awwalun, dari
golongan muhajirin dan anshar, yaitu orang-orang yang berinfak sebelum
penaklukan kota Makkah dan mereka juga orang-orang yang berperang, termasuk
orang-orang berbai’at di bawah pohon (Bai’at Ar-Ridhwan), yang jumlah mereka
lebih dari 1.400 orang. (Lihat Syarah Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah, Ibnu
Abil ‘Izzi, Tahqiq Abdul Muhsin at-Turki dan Syu’aib al-Arna’uth I/692)
Inilah akhlak para sahabat
Nabi yang mulia, mereka kaum Anshar benar-benar menyambut kaum Muhajirin yang
datang kepada mereka, mereka menerima saudara-saudara mereka yang seiman dan
seaqidah dengan tangan terbuka. Mereka para kaum Anshar saling berlomba-lomba
memberikan segala apa yang mereka bisa berikan kepada sesama. Padahal saat itu
mereka sendiri membutuhkan.
B. Macam-macam Itsar
1.
Itsar dalam Perkara Duniawi
Misalnya: Ketika kita
meminjamkan motor kepada orang lain yang harus segera dibawa ke rumah sakit
namun ketika itu pula kita juga membutuhkan. Nah inilah contoh sederhana itsar
dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya masih banyak lagi.
Itsar dalam perkara duniawi
seperti contoh diatas sangat dianjurkan bagi umat Islam. Allah sangat
menyenangi perkara tersebut. “Dan orang-orang yang telah berfirman (Anshar)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (muhajirin), dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan
(apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
darinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasyr: 9)
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى
حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Artinya : “Dan mereka memberikan makanan yang
disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan.” (QS. Al-Insan :
8)
Maksudnya, mereka
memberi makan orang miskin, anak yatim dan tawanan padahal mereka menyukainya.
Mereka meninggalkan diri-diri mereka. Dan ini juga termasuk mengutamakan orang
lain”
Aisyah ra. berkata,
"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang para dukun. Maka
beliau menjawab, 'Mereka bukanlah apa-apa (tidak berarti sedikit pun).' Lalu
para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah saw. sesungguhnya mereka terkadang
berbicara tentang sesuatu dan ternyata benar-benar terjadi?' Maka Rasulullah
saw. bersabda, 'Kebenaran itu adalah sesuatu yang dicuri oleh satu jin, lalu ia
lontarkan kepada telinga walinya (dukun) dan mereka pun mencampurinya dengan
seratus kebohongan.'" (Muttafaq 'Alaih)
Dalam riwayat Bukhari dari
Aisyah ra., sesungguhnya beliau mendengar Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya para Malaikat turun ke Al-'Anan -awan- lalu mereka saling
bercakap-cakap tentang masalah yang diputuskan di langit. Dan ternyata setan
mendengar pembicaraan mereka, dan ia pun berhasil mendengarnya, lalu ia
sampaikan kepada para dukun, maka para dukun itu mencampurkannya dengan
kebohongan dari diri mereka sendiri.'"
2.
Itsar dalam Perkara Ibadah
Mendahulukan orang lain
dalam perkara ibadah adalah sesuatu yang dibenci, karena masing-masing orang
diperintahkan untuk mengagungkan Allah Ta’ala. Jadi kita tidak boleh untuk
mendahulukan orang lain atas diri kita dalam perkara ibadah. Bahkan orang
tersebut adalah pimpinan, mertua atau orang-orang yang kita sayangi sekalipun.
C. Tingkatan Itsar
Al-Imam Al-Ghazali
membagi itsar kedalam tiga tingkatan:
1. Tingkatan pertama: menempatkan
orang lain seperti seorang pembantu. yaitu kita berikan apa-apa yang tersisa
dari kita.
Seperti
halnya makanan sisa, pakaian bekas, menempatkan tamu di dalam gudang yang tidak
ditempati. Dan lain sebagainya.
2. Tingkatan kedua : menempatkan orang
lain seperti dirinya sendiri yaitu dengan memberikan kepadanya seperti yang ia
berikan kepada dirinya.
Seperti
memberi makanan yang biasa ia makan atau yang ia senangi, memberikan pakaian
seperti yang biasa dipakai. Kalau biasa memakai baju yang harganya seratus ribu
misalnya, maka yang diberikan kepada orang lain, seharga itu juga. tidak yang
lebih murah. Kalau kita suka makanan ayam goreng misalnya, maka ketika memberi
orang lain tidak tempe atau tahu atau telur yang mungkin tidak lebih ia sukai.
3. Tingkatan ketiga :
menempatkan orang lain diatas dirinya. Yaitu dengan memberikan kepada orang
lain lebih dari apa yang biasa ia berikan kepada diri sendiri.
Dia
tidak merasa iri ketika orang lain itu menjadi punya kelebiahan dari dirinya
setelah mendapatkan pemberianya. Misalnya di meja makanya biasanya hanya ada
ikan asin atau krupuk sambal. Ketika memberi tetangganya yang kekurangan dia
belikan ayam bakar, sate, sambal goreng ati atau lain sebagaiya dari
makanan-makanan yang lebih dari apa yang biasa ia makan. Dan tidak merasa iri
melihat orang lain bisa mengkonsumsi hal-hal duniawi lebih dari dirinya. Ia
tidak mengatakan “ saya aja makan Cuma sama tempe masak tetangga saya yang
miskin makanya sama ayam “
Alangkah
indahnya perkataan seseorang yang sudah sampai pada tahapan itsar ini “ ini
semua hanyalah kenikmatan dunia yang tidak kekal dan tidak dirasakan selamanya.
Ada kenikmatan yang lebih daripada itu. Tidak apa-apa orang lain mempunyai pakaian
yang lebih bagus akan tetapi saya lebih suka memakainya kelak di akherat. Tidak
mengapa orang lain makan lebih enak dari saya, saya ingin merasakan lezatnya
makanan kelak di akherat, tidak masalah orang lain mempunyai mobil, kalaupun
saya tidak punya maka saya mengingginkan untuk memilikinya kelak diakhirat”.
D. Pengaruh Praktik Itsar
1. Mendapat keberkahan dan
balasan yang lebih baik dari Allah.
Harta
yang berkah bukan harta yang banyak jumlahnya, bisa jadi seseorang mempunyai
harta yang banyak akan tetapi Allah swt. mencabut keberkahanya. Dalam Al-Qur’an
maupun Hadist telah dijelaskan, bahwa harta yang selalu kita sedekahkan kepada
orang lain akan menjadi berkah bagi pelakunya dan akan mendapat ganti yang
lebih baik di dunia ataupun di akherat.
2.
Menyembuhkan penyakit hati.
Dengan
selalu mempraktekkan itsar maka seseorang akan menjadi semakin dermawan dan
akan mengeluarkan perasaan dengki, hasad dan iri hati. Karena ia lebih memilih
kenikmatan ukhrawi daripada kenikmatan duniawi. Dia tidak akan merasa iri apabila
ada orang lain mempunyai kelebihan dalam hal materi. Tidak akan mendengki orang
lain ketika Allah memberikanya kenikmatan dunia. Karena dunia dalam pandangan
matanya sangat remeh. Akheratlah yang menjadi tujuan utamanya.
3. Mendapatkan kebahagiaan dan
ketengan batin.
Seseorang
akan merasa senang lewat senyumnya orang lain dengan itsar yang dilakukan
kepadanya. Ia akan merasa bahagia melihat orang
lain yang tadinya sedih kemudian menjadi bunggah hatinya berkat itsar kita.
Kita akan merasakan ketenangan batin ketika anak-anak, istri atau orang tua
kita bisa tidur terlelap sehabis menikmati makanan yang kita usahakan dan kita
itsarkan kepada mereka meskipun kita sendiri tidur dalam keadaan lapar.
E. Keutamaan Al-Itsar
Sungguh, seseorang yang
mempunyai al-itsar, akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak,
diantara keutamaan-keutaman al-itsar adalah:
Pertama, akan dicintai oleh
Allah Ta’ala
Ini adalah suatu keutamaan
yang sangat agung dan besar, sebagaimana yang diriwayatkan di dalam sebuah hadits,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Orang yang paling dicintai oleh
Allah ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang
lain. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kesenangan yang diberikan
kepada sesama muslim, menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau
menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang
saudaraku untuk menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di
masjid ini (Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barangsiapa berjalan bersama salah
seorang saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya sampai selesai, maka
Alloh akan meneguhkan tapak kakinya pada hari ketika semua tapak kaki
tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka
yang merusak madu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan)
Allah Ta’ala akan mencintai
hamba-hamba-Nya yang selalu berupaya dan berusaha membantu kebutuhan
saudaranya. Dan sebagai balasannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolongnya
ketika keadaan genting dan sempit, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
memberikan bantuan kepadanya di saat kesulitan.
Kedua, akan dicintai oleh
manusia
Sahl bin Sa’d as-Sa’idy
–radhiallahu ‘anhu berkata, “Seseorang mendatangi Nabi dan bertanya, “Wahai
Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku mengerjakannya aku akan
dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia.” Rasul
menjawab, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya kamu akan dicintai oleh Allah.
Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya kamu akan dicintai oleh
mereka.” (HR Ibnu Majah, dengan derajat hasan)
Seorang yang zuhud dari apa
yang dimiliki manusia, maka ia akan dicintai oleh saudara-saudaranya, ia akan
dicintai oleh kerabat dan teman-temannya. Sedangkan itsar, mendahulukan
kepentingan saudaranya dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka akan
menumbuhkan kecintaan yang lebih besar daripada itu. Karena tabiat seseorang
adalah mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan berkorban untuknya.
Ketiga, akan dimudahkan
urusannya di dunia dan dilepaskan dari kesusahan di akhirat
Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di
dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang
memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di
dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah
akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong
hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim)
Seseorang yang memiliki
sikap itsar, maka orang-orang akan mengenalnya sebagai sosok yang mudah
membantu dan suka berkorban, maka orang-orang akan merasa berhutang budi dan
akan balik memantunya dengan senang hati di kala ia kesulitan. Sehingga dengan
izin Allah Ta’ala kesulitan-kesulitanya di dunia akan menjadi mudah, dan di
akhirat Allah Ta’ala akan memberikan pertolongan kepadanya.
Keempat, akan tumbuh ikatan
ukhuwah yang erat dan kuat antar sesama muslim
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan
saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 594, dihasankan
Al-Albani rahimahullah dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)
Dan kemudian di kuatkan
dengan hadits “Saling menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan
mencabut/menghilangkan kedengkian.” (HR. Al-Bazzar no. 1937,dengan sanad
dhoif, lihat pembahasannya dalam Irwa`ul Ghalil, 6/45, 46)
Hadits yang mulia di atas
menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama
manusia karena tabiat jiwa memang senang terhadap orang yang berbuat baik
kepadanya. Inilah sebab disyariatkannya memberi hadiah. Dengannya akan terwujud
kebaikan dan kedekatan. Sementara agama Islam adalah agama yang mementingkan
kedekatan hati dan rasa cinta. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah nikmat Allah kepada
kalian, ketika di masa jahiliyah kalian saling bermusuhan lalu ia
mempersaudarakan hati-hati kalian maka kalian pun dengan nikmat-Nya menjadi
orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Itsar (لْإِيثَارُا ),
secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri.sedangkan
itsar Adalah sikap mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya
sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di masa kita
sekarang ini, Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari
ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan
juga dicintai oleh setiap makhluk.
Sungguh, seseorang yang
mempunyai al-itsar, akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak,
diantara keutamaan-keutaman al-itsar adalah:
1. Akan dicintai oleh Allah
Ta’ala
2. Akan dicintai oleh manusia
3. Akan dimudahkan urusannya di
dunia dan dilepaskan dari kesusahan di akhirat
4. Akan tumbuh ikatan ukhuwah
yang erat dan kuat antar sesama muslim
DAFTAR
PUSTAKA
Zulkifli Muhammad Al-bakri, Syarah
Al-hikam, Ibnu Athaillah As-sakandari, Media Insani, Kasihan Bantul. 2011.
Kutaib
“Mawaaqif min Itsar as-Shahabah was salafus shaleh” al-Qism al-Ilmi Darul
Wathan, bittasharruf wazziyadah (Ibnu Djawari) (18 Sya’ban 1424 H)
Ummu Hamzah, Al Furqan Edisi 7, 1431/2010.
0 komentar:
Post a Comment