Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Republik Arab Mesir,
lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر, Masr)
adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut.
Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat
Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Posisi Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza danIsrael di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.
Mesir mayoritas penduduknya menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun
sahara yang jarang dihuni.
Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses.
Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di
wilayah Arab dan Timur Tengah. Modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari
pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat
penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang dicapai Napoleon
Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi
para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang
dianggapnya diam ditempat.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
Sistem Pendidikan Mesir?
2.
Mengetahui
Politik Dan Tujuan Pendidikan Mesir?
3.
Mengetahui
Struktur Dan Jenjang Pendidikan Mesir?
4.
Mengetahui
Manajemen Pendidikan Mesir?
5.
Mengetahui
Reformasi Dan Isu-Isu Pendidikan Mesir?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Mesir
1.
Geografis
Secara geografis Mesir terletak di tepi Laut
Merah dan laut Mediterania, di sebelah utara Mesir berbatasan dengan Laut
Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Jalur Gaza, Israel, dan Laut Tengah,
sebelah selatan berbatasan dengan Sudan, sebelah barat berbatasan dengan Libya, Luas
negara Mesir adalah 997.739 km2 dibandingkan dengan luas negara
Indonesia yang luasnya 1.906.240 km2. Berarti luas negara Mesir
lebih sempit dibandingkan dengan luas negara Indonesia.
2.
Ekonomi
Ekonomi Mesir sangat tergantung pada pertanian,
peternakan, pertambangan, perindustrian, perdagangan, dan pariwisata.
3.
Budaya
Mesir sangat terkenal sebagai salah satu pusat
kebudayaan dunia pada zaman purba. Peninggalan-peninggalan kebudayaan
Mesir, sepertpiramida, sphinx, obelisk, dan hiroglif. Piramida
terdapat di Giza dan Sakara. Sphinx terdapat di Sakara. Sphinx di bangun 5000
tahun yang silam. Piramida merupakan kuburan para raja. Sphinx adalah patung
berkepala manusia berbadan singa yang dimaksudkan untuk melindungi makam para
raja. Obelisk adalah tugu segi empat terbuat dari batu. Hiroglif adalah tulisan
dan lukisan pada peninggalan kuno.
4.
Sosial
Sewaktu kekaisaran Romawi menduduki wilayah
Mesir, penduduk Mesir masih menganut paganisme. Sejarah menyatakan bahwa
imperium Romawi tersebut melakukan penindasan dan pemerasan hasil bumi penduduk
untuk kepentingan para penguasa di Romawi (Eropa lama). Ketika agama Kristen
tersebar di Mesir pada pertengahan abad pertama masehi, tekanan terhadap
penduduk kian meningkat, hingga tahun 394 M saat ajaran Kristen masuk dan
menyebar di Romawi, lalu diakui menjadi agama resmi negara menggantikan
paganisme.
Pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan kembali
dialami rakyat Mesir setelah terjadi perbedaan tentang pokok ajaran agama
antara pemeluk agama Kristen di Romawi dengan pemuka agama Kristen di Mesir,
sampai akhirnya datang umat Islam dari Jazirah Arab tahun 641 M. membebaskan
Mesir dari penindasan dan pemerasan bangsa Romawi.
Ketika Islam datang, menawarkan ajaran kasih
sayang, pemaaf, yang mulia di sisi Tuhan adalah yang paling takwa, tidak ada
perbedaan kasta dalam bermasyarakat dan sebagainya, saat itu masyarakat Mesir
yang mayoritas beragama Kristen Koptik dan sekelompok Yahudi menyaksikan bahwa
ajaran Islam bukanlah idealisme yang tidak mungkin dipraktekkan. Malah
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari pada masa itu, mulai dari panglima
sampai prajurit, penguasa hingga rakyat biasa. Keadaan demikian menjadikan
rakyat Mesir sangat mencintai agama Islam lahir bathin. Sehingga keberadaan
Islam telah membentuk peradaban dalam sosial budaya dan bahasa mereka. Mesir
menjadi bangsa yang kuat dan beradab.
5.
Sejarah
Secara historis,
modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang
berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu
Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan.
Di antara tokoh-tokoh tersebut Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling
menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Berawal dari datangnya
Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798 M. Tujuan
utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte
menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang
pada waktu itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Kedatangan Napolen
ke Negara Mesir tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa
seratus enam puluh orang diantaranaya pakar ilmu pengetahuan, dua set
percetakan dengan huruf latin, Arab, Yunani, peralatan eksperimen, diantaranya
membawa teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya, serta seribu orang
sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama Institut
d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu
pasti, ekonomi dan polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas
memberikan masukan bagi Napoleon dalam memerintah Mesir. Lembaga ini terbuka
untuk umum terutama ilmuwan (ulama’) Islam. Ini adalah moment kali pertama
ilmuwan Islam kontak langsung dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman
al-Jabarti. Baginya perpustakaan
yang dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan karena Islam diungkapkan dalam
berbagai bahasa dunia.
Perjalanan Napoleon ke
Mesir membawa sebuah harapan dan perubahan yang bagus bagi sejarah perkembangan
bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan
di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberikan
inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan baik secara sistem
dan kurikulum pendidikan yang sebelunya dilakukan secara konvesional. Diantara
tokoh yang mendapatkan inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasa dan Muhammad
Abduh. Dua tokoh ini, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan
tokoh-tokoh yang lain.
B.
Politik
Dan Tujuan Pendidikan Mesir
Pemerintah Mesir menyatakan bahwa pengembangan secara ilmiah harus
dilakukan dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu, diputuskan bahwa konsep
struktur, fungsi dan manajemen pendidikan semua harus ditinjau ulang.
Mesir memprogramkan
wajib belajar, Masyarakatnya harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik,
harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat
yang produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Kementrian pendidikan menyatakan dengan lebih rinci tujuan utama pendidikan
adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dimaksudkan
untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta pembentukan
individu-individu yang demokratis.
2.
Pendidikan juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa
secara menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional antara produktivitas
pendidikan dan pasar kerja.
3.
Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan rasa
kepemilikan individu terhadap bangsa, dan penguatan atas budaya dan identitas
Arab.
4.
Pendidikan harus mampu mengiring masyarakat pada
pendidikan sepanjangan hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri
sendiri.
5.
Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan
kemamuan tulis baca, berhitung, mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab,
cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.
6.
Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka kerjasama
dalam pengembangan kurikulum dan penilaian.
C.
Struktur
Dan Jenjang Pendidikan
Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler
dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian
Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementrian Agama di
negara-negara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang
diikuti sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak cacat masuk ke sekolah-sekolah
khusus, bagi yang ingin menjadi militer masuk ke sekolah militer, dan ada
pula generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar pada
program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau
lembaga.
Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir.
Berbagai peraturan perundangan dan perundang-undangan dibuat untuk
mengintegrasikan jenis dan system persekolahan yang semula otonom menjadi
system pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan di negara Mesir meliputi:
1.
Sekolah Dasar (Ibtida’i). selama 5 tahun
2.
Sekolah Menengah Pertama (I’dadi). Selama 3 tahun
3.
Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah). Selama 3
tahun
4.
Pendidikan Tinggi. Selama 4-6 tahun.
D.
Manajemen
Pendidikan Mesir
1.
Otoritas
Sistem pendidikan mesir adalah tanggung jawab kementrian negara. Kementrian
pendidikan bertanggung jawab mulai dari pendidikan prasekolah sampai ke
pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas,
kordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat
bertanggung jawab atas pengimplementasiannya. Mereka yang memiliki lokasi,
membangun, dan melengkapi serta mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka
juga berusaha mendorong sumbangan dana partisipasi masyarakat. Ringkasnya,
mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya
operasional dengan efisien.
Menteri bersidang dalam waktu-waktu tertentu dengan dewan-dewan yang berada
di bawah kesertariatan dan sejumlah dewan-dewan lain. Menteri juga memimpin
sidang dewan universitas yang bertanggung jawab atas prencanaan dan pembuatan
kebijakan. Struktur organisasi goernorat pada dasarnya mirip dengan struktur
organisani di pusat kementrian tetapi hanya lebih sederhana. Mesir juga dibagi
dalam 140 distrik pendidikan dengan jaringan supervisor dan administrator.
Kementrian Al-azhar bertanggung jawab mengatasi kebijakan dan perencanaan
pendidikan pada universitas Al-azhar dan perguruan tinggi serta sekolah-sekolah
lainnya dalam lingkungan Al-azhar.
2.
Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari
konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang
berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok
pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan
daat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan
kepada Dewan Pendidikan Pra universtias yang secara resmi mengesahkan untuk
diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum apat diubah dan disesuaikan
untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
Pusat Penelitian pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan
informasi mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai
implementasinya dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan
kesekretariatan dan apabila diperlukan perubahan, sebuah penelitian dibentuk
dan dibagi tugas untuk mempelajarinya dan merumuskan perubahan-perubahan itu.
Sejumlah besar besar supervisor konsultan dari semua level bertemu secara
reguler dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan untuk mengumpulkan
informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan sekolah
percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan metode
mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim
yang diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku tes menurut
kurikulum tidak persis saama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya
disebabkan oleh faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan
perlengkapan lainnya, dan kualitas guru bertentangan dengan apa yang digariskan
dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.
Materi pelajaran
disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk anitia kurikulum
dari semua jurusan ara akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran.Pada umumnya
sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang aga luas dalam memilih
materi pelajaran.
3.
Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat memengaruhi pemikiran murid, orang tua serta
para pejabat pendidikan karena begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik
kelas ditetapkan pada Grade 2, 4, dan5, dan ujian negara pertama dilaksanakan
pada akhir grade 8. Murid yang lulus mendapat Sertifikasi Pendidikan Dasar, dan
dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor
menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan itu sangat penting karena
umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja yang dapat masuk ke
sekolah-sekolah menengah akademik yang diinginkan menuju universitas. Kalau
tidak, mereka masuk kesekolah-sekolah teknik atau institut pendidikan lain.
Jadi, masa depan anak muda mesir banyakn tergantung pada nilai yang diperoleh
pada ujian negara. Hal ini menjadi sangat penting sehingga menjadi persaingan
sesama murid sangat ketat.
Sama halnya dengan siswa-siswa yang akan menamatkan pendidikan menengah,
karena jumlah skor yang diperoleh menentukan fakultas atau universitas mana
yang mereka masuki. Ujian yang sangat kompetitif ini membuat siswa harus
belajar keras, dan bahkan menimbulkan percontekan dalam berbagai rupa, dan juga
mengakibatkan timbul-timbulnya kursus-kursus privat.
4.
Training Guru Inisiatif UNESCO Mesir
Sebagai
lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, UNESCO Mesir
mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber
daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan melalui kerjasama
dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam melakukan sertifikasi
keahlian guru selepas training.
a.
Pengembangan sistem training guru yang terintegrasi
dan terpadu yang dilakukan di Mesir tampaknya dapat menjadi model yang dapat
dikembangkan di Indonesia. Keterpaduan yang menyangkut pemberian layanan
training yang dikemas dalam penyebaran informasi, penggunaan teknologi untuk
training jarak jauh, pengembangan muatan training, dan koordinasi antar
instansi terkait telah menyebabkan training guru yang dilakukan oleh Training
Development Center (TDC) maupun oleh UNESCO memiliki arah pengembangan
kompetensi guru lebih jelas dan biaya yang dibutuhkan lebih efesien.
b.
Pengembangan keterampilan dan pengetahuan guru yang
dilakukan di Mesir lebih mengarah pada pemenuhan standar kompetensi yang tidak
hanya untuk memenuhi standar nasional, tetapi juga untuk peningkatan kemampuan
standar internasional. Arah kebijakan ini memiliki nilai strategis dalam
penyiapan SDM guru yang mampu mengawal pendidikan yang berkualitas di masa
mendatang. Peningkatan kompetensi guru seperti ini sesungguhnya sangat relevan
dengan kebijakan pendidikan di Indonesia yang kini tengah dengan giat
mewujudkan pendidikan yang bermutu, yang tidak saja dapat memenuhi standar
nasional pendidikan (SNP) tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam menguasai standar internasional. Dengan kata lain, arah kebijakan
pendidikan di Mesir memiliki kemiripan dengan pendidikan di Indonesia,
khususnya dalam menyiapkan lulusan pendidikan yang memiliki daya kompetitif
global.
c.
Sebagai negara yang padat penduduk dan memiliki banyak
lembaga pendidikan guru, dan siswa, Mesir telah mengembangkan suatu sistem
pelatihan guru melalui pelatihan jarak jauh (distance learning/training)
dengan menggunakan keunggulan teknologi informasi. Model ini juga penting untuk
dikembangkan di Indonesia agar pelayanan pendidikan dan pelatihan kepada guru
dapat dilakukan lebih cepat dan efesien.
d.
Sistem penjenjangan karier guru secara fungsional yang
diselenggarakan di Mesir tampaknya lebih bergradasi dan dapat menciptakan
profesionalisme pendidik. Sistem yang diatur mulai dari status guru
sebagai assistant teacher, teacher, senior teacher, sampai master
teacher. Jenjang status guru seperti itu dapat berpengaruh positif terhadap
jenjang karier guru dan pembinaan profesi guru yang lebih terstruktur.
e.
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan
tradisi agama yang kuat, Mesir memiliki sistem pembelajaran agama Islam
pendidikan Islam yang sangat kuat. Standar untuk pendidikan Islam pun dilakukan
dengan standar yang lebih menjamin lulusan pendidikan keagamaan agar memiliki
pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat. Karena itu, dalam pengembangan
kurikulum dan evaluasi pendidikan agama, pendidikan Islam di Mesir sering
menjadi rujukan negara-negera Islam lainnya.
5.
Perguruan Tinggi
Negara
Mesir memiliki beberapa Perguruan Tinggi yang sangat handal, dimana banyak
perguruan tinggi di Mesir diminati oleh para mahasiswa di berbagai Negara,
diantaranya banyak mahasiswa perguruan tinggi di Mesir berasal dari Amerika,
Canada, Malaysia, Inggris, termasuk mahasiswa asal Indonesia.
Salah satu perguruan tinggi yang paling banyak
diminati oleh mahasiswa asal Indonesia ialah Universitas Al Azhar Cairo.
Beberapa Universitas yang ada di Mesir diantaranya adalah Universitas Al Azhar,
Universitas Cairo, Universitas Alexandria, Universitas Ain Shams, Universitas
Assiout, Universitas Mansoura, Universitas Tanta, Universitas Manoufia,
UniversitasLembah Selatan, dan lain sebagainya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah Mesir menyatakan bahwa pengembangan
secara ilmiah harus dilakukan dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu,
diputuskan bahwa konsep struktur, fungsi dan manajemen pendidikan semua harus
ditinjau ulang.
Mesir memprogramkan wajib belajar, Masyarakatnya harus pandai dalam hal
baca tulis dan terdidik, harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta menjadi masyarakat yang produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur
parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler
diatur oleh Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh
kementrian Agama di negara-negara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada
pula jenis sekolah yang diikuti sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak cacat
masuk ke sekolah-sekolah khusus, bagi yang ingin menjadi militer masuk ke
sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan
mendaftar pada program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan
atau lembaga.
Sistem pendidikan mesir adalah tanggung jawab
kementrian negara. Kementrian pendidikan bertanggung jawab mulai dari
pendidikan prasekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan,
kebijakan, kontrol kualitas, kordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat
pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas pengimplementasiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abd.
Rochman Assegaf, M.A, Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan
di Negara-Negara Islam dan Barat, Gama Media, Yogyakarta, 2003
Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA, Perbandingan Sistem Pendidikan 15
Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001)
0 komentar:
Post a Comment