Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam
rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Tafsir pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat
judul “Makna Islam dalam Al-quran”.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
KELOMPOK 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Islam................................................................................
2
B.
Makna Islam
dalam Al-quran............................................................
4
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan
mengantarkan umatnya untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini
problematika umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam
sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami
"Dinnul Islam" adalah suatu keharusan bagi umat Islam.
Di antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama
lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat
penyebarannya. Tapi, nama Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap
Allah.
Inilah salah satu kekhasan agama Islam. Nama “Islam” tidak diasosiasikan
pada pribadi seseorang, nama ras, suku, ataupun wilayah. Dan kalimatul Islam
(kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat
didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan
pengertian yang utuh. Maka dari itu, dalam pembahasan ini yaitu mengenai makna
Islam itu sendiri berhubungan dengan QS. Ali imran (3):19, QS. Ali imran (3):
67, QS. Ali imran (3) : 83, QS. Al hajj (22) : 18, dan QS. Asy-syura (42) : 13.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan
pengertian islam
2.
Menjelaskan
makna islam dalam al-quran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islam
Secara etimologi kata Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari
kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Kemudian dibentuk menjadi
aslama yang berarti taat dan berserah diri. Sehingga terbentuk kata Islam
(aslama-yuslimu- islaman) yang berarti damai, aman, dan selamat. Orang yang masuk Islam
dinamakan Muslim.[1]
Pengertian Islam yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT, antara lain
:
بَلَىٰ مَنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿البقرة:١١٢﴾
“(Tidak demikian) bahkan
barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan,
maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah (2):112)
Secara epistimologi menurut Mahmud Syaltout, Islam adalah
"هُوَ دِيْنُهُ اللَّذِي أُوْصِيَ بِتَعَالِمِهِ فِيْ أُصُوْلِهِ
وَشَرَائِعِهِ اِلَي النَّبِيِّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَبْهِ وَ سَلَّمَ
وَكَلَّفَهُ بِتَبْلِيْغِهِ لِلنَّاسِ كَافَّةٍ وَ دَعَوْتَهُمْ إِلَيْهِ "
“Islam adalah agama Allah yang
diwasiatkan dengan ajaran-ajarannya sebagaimana terdapat didalam pokok-pokok
dan syariatnya kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk
menyampaikannya kepada seluruh umat manusia serta mengajak mereka untuk
memeluknya.”[2]
Sedangkan menurut lima perawi Hadis (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah,
dan Abu Daud), Islam adalah:
الإِسْلاَمُ
: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَ
تُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ المَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتُحِجَّ الْبَيْتَ .
(رواه الشيخان )
“Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah hamba serta Rasul-Nya, menunaikan shalat, memberikanzakat, puasa pada
bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu.”
Dengan demikian, pengertian Islam dari segi istilah adalah agama yang
diturunkan Allah kepada nabi Muhammad yang isinya bukan hanya mengatur hubungan
manusia dengan tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia
dan alam jagat raya.
الإِسْلاَمAl-Islam terkadang berarti taat dan menyerahkan diri. Berarti juga
melaksanakan (menunaikan). Dikatakan Aslam tusy Syaia ila fulanin (bila anda
menunaikan padanya). Dapat pula diartikan masuk kedalam silm (perdamaian), atau
damai dan selamat. Penamaan dinul haq menjadi Islam adalah sesuai dengan semua
pengertian tadi. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah :
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ
اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا ﴿النِّسَاء :١٢٥﴾
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisa’ 4: 125)[3]
B.
Makna Islam Dalam Al-Quran
Kata “al-islaam” bermakna : patuh sepenuh hati dengan kerendahan diri dan
kerendahan hati, yaitu : kepatuhan dengan kerendahan diri dan meninggalkan
hal-hal yang bersifat membantah. Maka, Allah SWT berfirman:
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُۗ وَمَا
اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ
وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿ال عمران :١٩﴾
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran 3 : 19)
Sesungguhnya semua agama dan syari’at yang didatangkan oleh para Nabi, ruh
atau intinya adalah Islam (menyerahkan diri), tunduk dan menurut. Meskipun
dalam beberapa kewajiban dan bentuk amal agak berbeda, hal ini pulalah yang
selalu diwasiatkan oleh para Nabi. Orang muslim hakiki adalah orang yang bersih
dari kotoran syirik, berlaku ikhlas dalam amalnya, dan disertai keimanan, tanpa
memandang dari agama mana dan dalam zaman apa ia berada.
Ayat ini menurut Ibnu Katsir, mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama
disisi-Nya dan yang diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam. Yaitu
mengikuti Rasul-rasul yang diutus Nya setiap saat hingga berakhir dengan
Muhammad SAW. Dengan kehadiran beliau, telah tertutup semua jalan dari arah
beliau sehingga siapa yang menemui Allah setelah diutusnya Muhammad SAW. Dengan
menganut satu agama selain syari’at yang beliau sampaikan, tidak diterima
oleh-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ
يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿ال عمران :٨۵﴾
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” (QS. Ali Imran 3 : 85)
Ali ra. Berkhutbah, “Agama Islam adalah menyerahkan diri, dan menyerahkan
diri adalah adalah keyakinan, dan keyakinan ialah percaya, percaya ialah
berikrar, dan berikrar ialah melaksanakan, sedang melaksanakan adalah
mengamalkan,” selanjutnya beliau mengatakan, “sesungguhnya seorang mu’min mengambilnya
dari pendapatnya sendiri. Orang yang beriman diketahui keimanannya dari amal
perbuatannya, dan orang kafir diketahui kekafirannya dari keingkarannya. Wahai
umat manusia, berhati-hatilah terhadap agamamu, sebab sesungguhnya kejelekan di
dalam agama ini (Islam) adalah lebih baik dari pada kebaikan yang lainnya.
Sebab kejelekan di dalamnya akan diampuni, sedang kebaikan selainnya tidaklah
diterima. [4]
Dalam berbagai ayat ini menunjukkan bahwa makna Islam sendiri penyerahan
total kepada Allah dan harus diiringi dengan pengamalannya. Sedangkan Islam
sendiri merupakan suatu kesatuan agama yang disepakati oleh semua Nabi. Adapun
perselisihan agama itu dihasilkan dari pengikut agama karena kedengkian dan
kedzaliman mereka.[5]
Ketika orang Yahudi bertanya pada Rasulullah : “wahai Muhammad, kamu
mengetahui bahwa kamilah yang lebih berhak atas agama Ibrahim dari pada kamu
dan yang lain, karena –dia menurut kepercayaan kami, adalah seorang yang Yahudi.
Kamu dengki pada kami. [6]
Selanjutnya Allah menurunkan ayat ini sebagai sindiran terhadap orang-orang yahudi :
مَاكَانَ
اِبْرهِيْمُ يَهُوْدِ يًّا وَلاَ نَصْرَا نِيًّا وَلكِنْ كَانَ حَنِيْفًا
مُّسْلِمًاۗوَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ
اَوْلَى النَّاس بِابْرهِيْمَ لَلَّذِيْنَ التَّبَعُوْهُ وَهذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِيْنَ امَنُوا وَاللهُ وَلِيُّ المُؤْمِنُوْنَ ﴿ال عمران : ٦٨ -٦٧﴾
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan
bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan
orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran 3 :
67-68)
Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi, sebagaimana diakui oleh orang-orang
Yahudi, dan bukan orang Nasrani seperti diakui orang Nasrani, dengan dalil
seperti yang telah dikemukakan, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
berserah diri kepada Allah dan juga sekali-kali bukanlah termasuk golongan
orang-orang musyrik, yang dapat diduga oleh orang-orang musyrik Mekkah yang
mengaku mengikuti agama beliau.[7][8]
Orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang beriman kepadanya
dan mengikuti agamanya yang lurus. Dia adalah Nabi Muhammad SAW, sebab beliau
berasal dari keturunan Ibrahim dan mempunyai agama yang sama yang berlandaskan
tauhid. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya, orang-orang Yahudi dan Nasrani bersengketa perihal Nabi
Ibrahim as dan millahnya, yang mengklaim beliau berada dalam agamanya, adalah
orang-orang yang bohong.
Sedangkan pendapat yang benar dalam hal tersebut adalah apa yang dikatakan
oleh orang-orang Islam. Mereka adalah pengikut Ibrahim yang berjalan pada garis
syariatnya. Bukan agama selain Islam. Sebab, Nabi Ibrahim adalah orang yang
taat kepada Allah SWT, berpegang pada sinar hidayah yang diperintahkan agar ia
amalkan. Beliau adalah orang yang khusyu’ kepadaNya dengan merendahkan diri dan
menutupi segala kewajiban dan ketetapa-Nya.[8]
Allah SWT berfirman :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا
الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ
إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ
يُنِيبُ ﴿الشورى :١٣﴾
”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).” (QS. As-Syuura 42 :
13)
Agama yang diturunkan Allah lah yang menjadi pegangan bagi seluruh manusia.
Allah telah mensyariatkan kepada umat Nabi terahir dari ajaran agama yakni
prinsip-prinsip-Nya serupa dengan apa yang telah diwasiatkan pada Nabi Nuh,
Ibrahim, musa, dan Isa. Wasiat itu adalah : laksanakan tuntutan agama secara
baik, sempurna dan bersinambung dan janganlah kalian berselisih dan berpecah
belah satu sama lain.
Adapun perselisihan mengenai Juz’iyyat (parsial), cabang, dan perincian
hukum, maka itu semua tidak bisa dihindarkan. Sebab setiap syari’at antara yang
satu dengan yang lain berbeda. Allah berfirman dalam sebagian ayat al-Maidah:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَ مِنْهَاجًاۗ وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلكِنْ لِيِبْلُوَكُمْ فِي مَا ئَتكُمْ ۚ
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah : 48)
Amat besar dan berat bagi orang-orang musyrik untuk mengikuti seruanmu,
yaitu bertauhid kepada Allah dan mencampakkan berhala-berhala. Allah memilih
orang yang dikehendaki diantara hamba-Nya untuk mengikuti risalah-Nya dengan
ikhlas. [9]
Hal ini menunjukkan bahwasannya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
merupakan agama penyempurna bagi agama yang dibawa Nabi-nabi sebelumnya. Untuk
itu perpecahan yang terjadi tidak ada gunanya, sama halnya berpecah belah
dengan keluarga sendiri.
ألَمْ تَرَ
أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ
حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَنْ
يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ﴿الْحاج :١٨﴾
”Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di
langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak
di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang
dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al- Hajj 22 :
18)
Dalam kehidupan dunia ini, semua makhluk tunduk kepada-Nya. Apakah engkau
tidak melihat yakni mengetahui, wahai siapa pun yang dapat melihat dan
menggunakan akalnya, bahwa siapa dan apa yang ada di langit dan bumi itu tunduk
dan patuh kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa?
Allah memerintahkan air untuk membeku atau mendidih pada derajat tertentu,
kapan dan dimana pun, dia patuh dan melaksanakannya. Sebagaimana halnya dalam
peristiwa Nabi Ibrahim as, ketika dibakar oleh penguasa masanya, yakni Namrud.
Mereka berbeda dengan manusia yang diberi tugas husus yaitu melaksanakan agama
serta dianugerahi kebebasan menerima dan menolak tugas itu.[10]
Sesungguhnya dalam semua ini terdapat bukti nyata yang memuaskan bagi
mereka, jika mereka mau berfikir. Akan tetapi, barang siapa yang dihinakan dan
telah ditetapkan oleh Allah untuk sengsara, maka tidak seorang pun dapat
membahagiakannya, karena hanya Allah semata untuk menyengsarakan dan
membahagian seseorang. Dia-lah yang menciptakan dan mengaturnya, serta
menyempurnakan wujud sesuai dengan kehendak-Nya. Banyak diantara mereka yang
tidak bersujud kepada Allah, sehingga mereka berhak menerima adzab.
Maka barangsiapa meninggal dunia setelah diutusnya Nabi Muhammad dalam
keadaan memeluk agama yang tidak sejalan dengan syariatNya, tidak akan pernah
diterima oleh Allah.[11]
Adanya ayat tentang keislaman memberikan berbagai manfaat bagi kita semua,
baik secara Lahiriah ataupun Rohaniyah. Karena kita sendiri terlahir dari agama
Islam. Yaitu agama yang secara alami lahir dari Allah dan dibawa oleh
Rasulullah untuk menaati segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Dengan demikian, mempelajari dan
mengetahui sejarah agama Islam sendiri dari berbagai rasul Ulul Azmi itu adalah
suatu hal yang urgen. Sehingga tidak ada perselisihan yang berkelanjutan,
karena dalam al-Qur’an sudah sangat jelas telah menerangkan bagaimana korelasi
Islam dengan agama Nabi sebelum Rasulullah.
Berbagai kasus saat ini, berbagai kelompok agama bersengketa dan saling
menjatuhkan satu sama lain. Padahal mereka yang bertikai merupakan akar
kesatuan agama sendiri yaitu Islam. Sehingga mengatas namakan agama yang
menjadi sasarannya. Alih-alih al-qur’an sebagai hujjahnya, padahal al-qur’an
bukan hanya sebuah hujjah, namun sebuah petunjuk. Sebagai dalih yang dirasa
kurang jelas. Seperti halnya ketika para ahl-kitab berselisih antara agama Nabi
Ibrahim dengan agama Nabi Muhammad yakni agama Islam.
Dalam menanggapi hal ini berbagai ayat diatas sudah sangat jelas segala
bentuk perpecahan dan perselisihan dalam agama sangatlah ditolak. Karena Allah
menciptakan setiap syari’at yang berbeda-beda. Untuk saling mengoreksi satu
sama lain. Dan sesungguhnya semua mahluk
itu adalah hambanya, oleh karena itu orang yang beriaman harus menolak
perselisihan dan perpecahan dan kembali pada kesatuan dan kebersamaan antara
pengikut agama dengan keyakinan mengEsakan Allah dan membenarkan atas diutusnya
Rasul. [12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian Islam dari segi istilah adalah agama yang diturunkan Allah
kepada nabi Muhammad yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan
tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam jagat
raya.
2.
Dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa ma’na islam adalah suatu kepatuhan dengan
kerendahan diri dan meninggalkan hal-hal yang bersifat membantah. Dan
sesungguhnya semua agama dan syari’at yang didatangkan oleh para Nabi, ruh atau
intinya adalah Islam (menyerahkan diri), tunduk dan menurut. Karena orang
muslim hakiki adalah orang yang bersih dari kotoran syirik, berlaku ikhlas
dalam amalnya.
3.
Sesungguhnya orang Yahudi-Nasrani yang bersengketa tentang agama Ibrahimi
dengan Islam sehingga menjadikan perselisihan agama. Ini merupakan hal yang
tidak benar, karena perlu diketahui bahwasannya agama Islam dengan agama
Nabi-nabi sebelunya merupakan satu kesatuan dari Allah yaitu mengEsakan Allah.
Hanya saja setiap syari’atnya berbeda-beda, namun tetap memiliki satu tujuan
yang sama yaitu Allah.
4.
Keistimewaan Agama Islam adalah
§
Sebagai petunjuk setiap umat manusia
§
Sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya
§
Menyimpan aturan-aturan kebajikan, sehingga menambah rasa taqwa kita kepada
Allah
5.
Analisis ketarbiyahan yang dapat diambil dari ayat-ayat tentang Islam
adalah :
§
Menyikapi perselisihan antar agama diantara kita karena kita satu kesatuan
§
Iman itu juga harus diimbangi dengan pengamalan
§
Mempelajari sejarah Islam yang berasal dari agama tauhid
DAFTAR PUSTAKA
Abudin
Nata, Studi Islam Komprehensif , (Jakarta : )
Mahmud Syaltout, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, (Mesir : Dar
al-Qalam, 1966), cet. III
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Jakarta : CV.
Toha Putra Semarang, 1987),
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Damaskus : Darul Fikr,
2011)
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Tafsir Tematis, Ayat-ayat al-Qur’an
al-Hakim, (Surabaya : Halim Jaya, 2012),
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran,( Jakarta : Lantera Hati,
2009)
Bagus
ReplyDeleteBagus
ReplyDelete