Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015
KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini yang berjudul "Ayat-Ayat
Tentang Alam" tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi
Besar Muhamad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam
yang terang benderang ini.
Penulis menyadari bahwa didalam
pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terima kasih
yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian Makalah ini. Wassalam.
Sigli, 20 Oktober 2014
Pemakalah
KELOMPOK 4
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.
Tujuan penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Awal penciptaan
alam semesta..........................................................
2
B.
Fungsi
dan manfaat alam semesta bagi manusia ............................... 5
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an yang terdiri
dari 6.236 ayat,[1]
menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Yaitu mengenai ke-Esa-an
Allah, manusia, ayat-ayat alam semesta dan fenomenanya, dan lain sebagainya.
Uraian-uraian tentang alam semesta sering disebut ayat-ayat kauniyah. Syaikh
Jauhari Thanthawi (Guru Besar Universitas Kairo) mengatakan dalam tafsirnya Al-Jawahir
yang telah dikutip oleh Agus Purwanto bahwa lebih dari 750 ayat yang secara
tegas menerangkan tentang alam semesta tersebut (belum termasuk yang tersirat).[2]
Oleh karena itu, dalam
makalah ini kami akan membahas tentang penafsiran ayat-ayat QS. Al-Hijr: 85/
QS. Al-Anbiya: 16 dan 30/ QS. Al-Mulk: 3/ QS. Fushilat: 53/ QS. Ali Imron: 191.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan
awal penciptaan alam semesta
2.
Menjelaskan
fungsi dan mafaat alam semesta bagi manusia
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah agar semua mahasiswa/I
mampu memahami ayat-ayat tentang alam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Penciptaan Alam
Semesta
1.
QS:Al-Hijr Ayat: 85
$tBur $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 3 cÎ)ur sptã$¡¡9$# ×puÏ?Uy ( Ëxxÿô¹$$sù yxøÿ¢Á9$# @ÏJpgø:$# ÇÑÎÈ
Artinya: “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu
pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.”
Ayat diatas
menyatakan bahwa: “Dan tidaklah kami ciptakan langit dengan
ketinggian dan luasnya serta aneka bintang dan planet yang menghiasinya, dan
tidak juga kami cipatkan bumi dengan segala makhluk yang ada di
permukaan atau perutnya, dan demikian juga apa yang ada diantara
keduanya, yakni langit dan bumi, baik yang telah diketahui manusia maupun
belum atau tidak akan dapat diketahui, tidak kami ciptakan itu semua melainkan
dengan haq, yakni selalu disertai dengan kebenaran dan bertujuan benar,
bukan permainan atau kesia-siaan. Dan sesungguhnya kiamat, dimana
masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawaban serta diberi balasan
dan ganjaran yang “haq”, pasti akan datang. Hal itu demikian demi
tegaknya al-haq dan keadilan yang merupakan tujuan penciptaan.
Maka karena itu,
wahai Nabi Muhammad, jangan hiraukan kecaman dan makian siapa yang
mendustakanmu, tetapi maafkanlah mereka dengan pemaafan yang
baik. Itu semua karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu berbuat baik dan
membimbingmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta secara berulang-ulang lagi
Maha Mengetahui segala sifat, ciri, kelakuan, dan isi hati
ciptaan-ciptaan-Nya.
Kata (الْحَقَّ) mengandung
makna bahwa al-haq/ kebenaran tertanam pada diri setiap makhluk, dan
pada akhirnya akan tampak jelas ke permukaan, bahwa Allah SWT. Menetapkan
sistem yang haq lagi sesuai dengan hikmah kebijaksanaan.
Kata(الصّفح) ash-shafh sebenarnya
tidak tepat diterjemahkan dengan pemaafan, yakni sinonim dari kata (العَفْو) al-‘afwu atau
pemaafan, karena ash-shafh adalah sikap memaafkan disertai dengan tidak
mengecam kesalahan pihak lain. Thabathaba’i memahami kata pemaafan yang
baik adalah melaksanakan keempat hal yang akan disebutkan dalam ayat 88 dan 89,
berikut yaitu:
a.
Larangan
memberi perhatian yang besar karena takjub dan ingin meraih kenikmatan duniawi.
b.
Larangan
sedih karena pengingkaran kaum musyrikin.
c.
Perintah
berendah hati dan melakukan hubungan harmonis sambil bersabar dan melindungi
kaum mukminin.
d.
Menyampaikan
peringatan-peringatan Allah SWT.
2.
QS:Al-Anbiya Ayat: 16
$tBur
$oYø)n=yz
uä!$yJ¡¡9$#
uÚöF{$#ur
$tBur
$yJåks]÷t/
tûüÎ7Ïè»s9
ÇÊÏÈ
Artinya: “Dan
tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya
dengan bermain-main.”
Dalam ayat ini Allah SWT.
menjelaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi serta semua yang terdapat di
antaranya, tidaklah untuk maksud yang percuma atau main-main, melainkan dengan
tujuan yang benar, yang sesuai dengan hikmah dan sifat-sifat-Nya yang
sempurna.
Pernyataan ini merupakan tangkisan
terhadap sikap dan perbuatan kaum kafir yang mengingkari kenabian Muhammad SAW,
serta kemukjizatan Al-Qur’an. Karena. tuduhan-tuduhan yang mereka lemparkan
kepadanya yaitu, bahwa Al-Qur’an adalah buatan Muhammad, bukan wahyu dan
mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya adalah berarti bahwa mereka tidak
mengakui ciptaan Allah dan seakan-akan Allah menciptakan sesuatu hanya untuk
main-main dan tidak mempunyai tujuan yang benar dan luhur. Padahal Allah
menciptakan langit dan bumi dan seisinya dan yang ada di antaranya, adalah agar
manusia menyembah-Nya dan berusaha untuk mengenal-Nya melalui ciptaan-Nya itu.
Akan tetapi maksud tersebut barulah dapat tercapai dengan sempurna apabila
penciptaan alam itu disusuli dengan penurunan Kitab yang memberikan petunjuk
dan dengan mengutus para Rasul untuk membimbing manusia. Dan Al-Qur’an, selain
menjadi petunjuk bagi manusia, juga berfungsi sebagai mukjizat terbesar bagi
Muhammad SAW, untuk membuktikan kerasulannya. Oleh sebab itu, orang-orang yang
mengingkari kerasulan Muhammad dengan sendirinya berarti mereka menganggap
bahwa Allah menciptakan alam ini dengan sia-sia, tanpa adanya tujuan dan hikmah
yang luhur, tanpa ada manfaat dan kegunaannya.
Apabila manusia mau memperhatikan
apa-apa yang di bumi ini, baik yang terdapat di permukaannya, maupun yang
tersimpan dalam perut bumi itu, niscaya ia akan menemukan banyak keajaiban yang
menunjukkan kekuasaan Allah. Dan jika ia yakin, bahwa kesemuanya itu diciptakan
Allah untuk kemaslahatan dan kemajuan hidup manusia sendiri, maka ia akan
merasa bersyukur kepada Allah dan meyakini bahwa semuanya itu diciptakan Allah
berdasar tujuan yang luhur karena semuanya memberikan faedah yang tak terhitung
banyaknya. Bila manusia sampai kepada keyakinan semacam itu, sudah pasti ia
tidak akan mengingkari Al-Qur’an dan tidak akan menolak kerasulan Nabi Muhammad
SAW. Senapas dengan isi ayat ini, Allah telah berfirman dalam ayat-ayat
yang lain.
$tBur
$uZø)n=yz
uä!$yJ¡¡9$#
uÚöF{$#ur
$tBur
$yJåks]÷t/
WxÏÜ»t/
4
y7Ï9ºs
`sß
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
4
×@÷uqsù
tûïÏ%©#Ïj9
(#rãxÿx.
z`ÏB
Í$¨Z9$#
ÇËÐÈ
Artinya: “Dan Kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah, yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir maka celakalah orang-orang kafir
itu, karena mereka akan masuk neraka.” (QS.Saad | ayat: 27)
Dan firman Allah lagi:
$tB
!$yJßg»oYø)n=yz
wÎ)
Èd,ysø9$$Î/
£`Å3»s9ur
öNèdusYò2r&
w
tbqßJn=ôèt
ÇÌÒÈ
Artinya: “Kami tidak
menciptakan keduanya melainkan dengan hak.” (QS.Ad Dukhan ayat: 39)
Al-Maraghiy
mengemukakan, Pengadaan seluruh alam, terutama jenis insani dan pengangkatannya
sebagai khalifah di muka bumi, didasarkan atas hikmah yang rapi dan tujuan yang
agung, yang tampak jelas oleh orang-orang berakal. Sebagian hikmah dan tujuan
itu telah diketahui oleh orang-orang yang memperhatikan alam dengan segala
keajaibannya dan diberi pengetahuan yang benar, sehingga mereka mengetahui
sebagian rahasianya dan dapat mengambil manfaat dari apa yang disimpan di dalam
perut bumi maupun yang tampak pada permukaannya, yang membawa kemajuan bagi
umat manusia. Hingga kini, setiap hari ilmu pengetahuan senantiasa melahirkan
keajaiban dan keanehaan yang disimpannya.[3]
tRqè=t«ó¡our
Ç`tã
Çyr9$#
(
È@è%
ßyr9$#
ô`ÏB
ÌøBr&
În1u
!$tBur
OçFÏ?ré&
z`ÏiB
ÉOù=Ïèø9$#
wÎ)
WxÎ=s%
ÇÑÎÈ
Artinya: “Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.
Al Isra’ ayat : 85)
B. Fungsi dan Manfaat Alam
Semesta bagi Manusia.
1.
QS:Al-Anbiyaa Ayat: 30
óOs9urr&
tt
tûïÏ%©!$#
(#ÿrãxÿx.
¨br&
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
uÚöF{$#ur
$tFtR%2
$Z)ø?u
$yJßg»oYø)tFxÿsù
(
$oYù=yèy_ur
z`ÏB
Ïä!$yJø9$#
¨@ä.
>äóÓx«
@cÓyr
(
xsùr&
tbqãZÏB÷sã
ÇÌÉÈ
Artinya: “Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
Ayat di atas
menjelaskan bahwa orang kafir dan musyrik Makkah sebelumnya tidak
memperhatikan, bahkan tidak peduli dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi.[4] Nalar mereka
digugah dan diajak untuk berfikir
melalui firman-Nya,
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا
“Dan apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui”
Apakah orang-orang yang
mengingkari Allah (yang berhak diibadahi dengan benar) dan orang-orang yang
menyembah selain Allah tidak mengetahui, bahwa hanya Allah yang menciptakan dan
mengatur segala ciptaan-Nya? Lalu, jika mereka mengetahui, bagaimana mungkin
belum juga percaya bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang terdapat di
langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?.[5]
Tidakkah mereka melihat yakni
menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mataأَنَّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا “Bahwasanya langit dan bumi itu
dahulu adalah sesuatu yang padu (menyatu).” Maksudnya,
pada langit dan bumi seluruhnya saling berkaitan dan tersusun antara sebagian
dengan sebagian yang lain. Kemudian dia memisahkan bagian yang satu dengan
bagian lainnya.[6]
Sufyan ats-Tsauri mengatakan dari
bapaknya dari ‘Ikrimah bahwa dia mengatakan, “Ibnu ‘Abbas r.a pernah ditanya,
“mana yang lebih dulu malam atau siang?” Dia menjawab, “Bukankah kamu
mengetahui bahwa ketika langit bumi dulu masih bersatu, tidak ada keduanya
kecuali kegelapan? Itu agar kamu mengetahui bahwa malam itu telah ada sebelum
siang.”[7]
Tentang cara Allah memisahkan keduanya, beberapa ulama’ tafsir banyak
berbeda pendapat. Sebagian mengatakan bahwa pada awalnya langit dan bumi ini
menyatu, kemudian Allah mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap di
tempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya dengan udara. Sebagian
berpendapat bahwa pemisahan langit dan bumi melalui penciptaan angin. Sebagian
lagi berpendapat pemisahan langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuh-tumbuhan.
Sedangkan para ilmuwan modern mengemukakan bahwa telah terjadi big bang yaitu
dentuman besar dari Singularity sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari
Gaya Tunggal (superforce) dan ruang-waktu mulai memisah. Pemisahan
selanjutnya adalah terjadinya planet dan bintang-bintang.[8]
Sebenarnya akal manusia
mempunyai kesiapan untuk megkaji berbagai keajaiban adan fenomena alam. Nabi
Muhammad SAW juga telah menjelaskan hal ini. Namun, kaumnya dan umat semasa
mereka tidak mau memikirkannya hingga dapat membuktikan bahwa penjelasan itu
adalah wahyu yang disampaikan kepada beliau dari Tuhan Yang Maha Tahu. Kalau
saja mereka tidak ingkar, dan hati mereka tidak buta, niscaya penjelasan ini
saja sudah cukup bagi mereka untuk segera mempercayai beliau dan beriman kepada
risalahnya:
$pk¨XÎ*sù
w
yJ֏s?
ã»|Áö/F{$#
`Å3»s9ur
yJ֏s?
Ü>qè=à)ø9$#
ÓÉL©9$#
Îû
ÍrßÁ9$#
ÇÍÏÈ
“Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di
dalam dada.”
(QS.Al Hajj: 46)[9]
Lalu langit menurunkan hujan,
sehingga bumi pun dapat menumbuhkan tanaman. Oleh karena itu Allah berfirman,
وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ
“Dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga
beriman?”
bahwa semua makhluk hidup di alam ini memerlukan air
untuk kelangsungan hidupnya. Baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Tanpa
air, makhluk hidup akan mati.
Quraish Shihab, sebagaimana yang ia
kutip dari pendapat para pengarang Tafsir al-Muntakhab mengemukakan ayat
di atas telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan beberapa cabang ilmu
pengetahuan, antara lain:
a. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel)
Air adalah komponen terpenting dalam
pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik
hewan maupun tumbuhan.
b. Biokimia
Air adalah unsur yang sangat penting
pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup.
Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses
interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri.
c. Fisiologi (ilmu cabang biologi yg
berkaitan dng fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan,
atau sel))
Air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik.
Hilangnya fungsi tersebut akan berarti kematian.
Menurut para ilmuan,
sebagaimana yang dikemukakan dalam Tafsir ‘Ilmi, ada tiga pandangan yang
berhubungan dengan kehidupan yang dimulai dari adanya air, antara lain:[10]
·
Kehidupan dimulai dari dalam air yaitu di laut.
·
Peran air bagi kehidupan dapat di ekspresikan dalam bentuk semua makhluk
hidup, terutama kelompok hewan. Firman Allah QS.An-Nur: 45
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ
مَاءٍ ۖ
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari
air.”
·
Unsur air merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan makhluk. Pada
kenyataannya, dua pertiga dari bagian tubuh makhluk hidup ini mengandung air.
2.
QS:Al-Mulk Ayat: 3
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù u|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ
Artinya: “Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا
Dialah yang telah
mengadakan tujuh langit yang sebagiannya di atas sebagian yang lain di udara
yang kosong, tanpa tiang dan tanpa pengikat yang mengikatnya, serta
keistimewaan setiap langit dengan cakupan tertentu, dan dengan sistem yang
tetap tidak berubah-ubah. Bahkan dengan sistem daya tarik yang indah di antara
benda bumi dan langit, sebagaimana firman-Nya : [11]
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ
تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ
الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya: “Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas ´Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu)
dengan Tuhanmu.” (QS:Ar-Ra'd | Ayat: 2)
Disebutkan juga dalam
QS. Luqman | Ayat: 10
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ
فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ ۚ
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ
كَرِيمٍ
Artinya: Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan
air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik.
Tujuh langit berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat
jangan dipahami adanya lapisan-lapisan langit. Tujuh langit bermakna jumlah
yang sangat banyak, tak terhingga, benda-benda langit di jagat raya. Berlapis-lapis
atau bertingkat-tingkat bermakna jaraknya yang berbeda-beda, ada yang dekat
(masih di lingkungan bumi dan tata surya, termasuk atmosfer bumi) dan ada yang
jauh. Semua nampak sederhana, namun Allah menunjukkan kekuasaannya yang luar
biasa.[12]
Kemudian, Dia
menyebutkan bukti-bukti ilmu pengetahuan-Nya. Dia berfirman :
مَا تَرَىٰ
فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ
مِنْ فُطُورٍ
Wahai orang yang
melihat, engkau tidak akan melihat kekacauan dan ketidak seimbangan, sehingga
tidak ada satu pun dari ciptaan-Nya yang melampaui batas yang telah ditentukan
bagi-Nya, baik dengan menambah maupun mengurangi.
Hal ini sesuai dengan
QS. Al-A’la: 2-3 dan QS. Yasiin: 38-40, setiap sesuatu selain Allah itu
mempunyai ukuranya masing-masing. Jika suatu ciptaan melanggar hukumnya dan
melampaui ukurannya, maka alam semesta menjadi kacau.[13] Allah
menyuruh kita untuk terus melihat dan memperhatikannya, sehingga jelas dan
tidak ada lagi keraguan dalam membuktikan keserasian dan keselamatan dari
kekacauan dan keretakan di antara semua itu.
فِي خَلْقِ
الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ
Tidak dikatakan فيها , karena untuk mengagungkan ciptaan-ciptaan itu, dan untuk memperingatkan sebab
keselamatannya dari kekacauan dan keretakan, di samping semua itu adalah
ciptaan Ar-Rahman. Ar-Rahman telah menciptakan semua itu dengan cemerlang qudrah-Nya
dan keluasan rahmat-Nya, merata sebagai karunia dan kemurahan-Nya di seluruh
alam semesta.[14]
3.
QS:Fushshilat Ayat: 53
Ò=»tGÏ.
ôMn=Å_Áèù
¼çmçG»t#uä
$ºR#uäöè%
$|Î/ttã
5Qöqs)Ïj9
tbqßJn=ôèt
ÇÌÈ
Artinya: “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?”
Ayat di atas
menjelaskan bahwa orang musyrik ragu-ragu kepada Al-Qur’an dan Rasulullah.
Mereka akan melihat dengan mata kepala mereka bukti-bukti kebenaran ayat-ayat
Allah SWT di segala penjuru dunia dan pada diri mereka sendiri. Sebagaimana
janji Allah akan memperlihatkan kepada mereka peristiwa-peristiwa yang Kami
timbulkan di negeri-negeri sekitar Makkah dan di Makkah sendiri lewat kedua
tangan Nabi Kami, dan lewat kedua tangan para Khalifah-Nya dan para sahabatnya.[15]
Mereka melihat dan
menyaksikan sendiri kaum muslimin dalam keadaan lemah dan tertindas selama
berada di Makkah, kemudian Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah
meninggalkan kempung halaman yang mereka cintai. Rasulullah selama di Madinah
bersama kaum Muhajirin dan Anshorin membentuk dan membina masyarakat Islam.
Masyarakat baru itu semakin lama semakin kuat dan berkembang. Hal ini dirasakan
oleh kaum musyrik di Makkah, karena itu mereka pun selalu berusaha agar
kekuatan baru itu dapat segera dipatahkan. Kekuatan Islam dan kaum muslimin
pertama kali dirasakan oleh kaum musyrik adalah ketika perang Badar dan
kemudian ketika mereka mencerai-beraikan dalam perang Khandaq. Yang terakhir
ialah pada waktu Rasulullah dan kaum muslimin menaklukkan kota Makkah tanpa
perlawanan dari orang-orang musyrik. Akhirnya mereka menyaksikan manusia
berbondong-bondong masuk Islam, termasuk orang-orang musyrik, keluarga, dan
teman mereka sendiri. Semua itu merupakan bukti-bukti kebenaran ayat Allah SWT.
Quraish Shihab mengutip
pernyataan Sayyid Quthub, bahwa Allah telah membuktikan kebenaran janji-Nya.
Allah telah mengungkap buat manusia ayat-ayat-Nya di ufuk sepanjang empat belas
abad sejak penyampaian janji ini, dan sampai kini masih saja Allah
mengungkapkannya karena setiap saat lahir suatu penemuan hakikat baru yang
belum dikenal sebelumnya. Demikian Sayyid Quthub yang lebih jauh mengungkap
sedikit dari penemuan-penemuan menyangkut alam.[16]
أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ
أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Allah SWT menegaskan
dalam firman tersebut شَهِيدٌ, dapat dipahami sebagai pelaku, bahwa Dia menyaksikan
segala perilaku hamba-hambaNya, baik berupa perkataan, perbuatan, atau tingkah
laku dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati manusia. Dapat pula sebagai objek
yakni Allah Maha Disaksikan kapan, di manapun dan kapanpun mata kita memandang
atau pikiran kita tertuju, maka di sanalah kita menemukan bukti tentang wujud
dan ke-Esa-an-Nya.
4.
QS:Ali Imran Ayat: 191
tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
Artinya: “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Ayat di atas
menjelaskan tentang ciri-ciri orang berakal. Yaitu, orang yang senantiasa
mengingat Allah,[17] berusaha mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Di setiap
aktivitasnya, baik saat ia berdiri, berjalan, berlari, duduk, berbaring,
tiduran atau bahkan saat tidak melakukan apa-apa. Selalu tenggalam dalam
kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi
makhluk-Nya.
Hal tersebut masih
belum cukup untuk menjamin hadirnya hidayah. Tetapi perlu diimbangi dengan
memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya. وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Mereka mau memikirkan
tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat
yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah
yang tinggi, dan kemampuan yang utuh.[18]
رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
Orang mukmin yang mau
menggunakan akal pikirannya, selalu menghadap Allah dengan doa dan ibtihal semacam
ini. Tuhan kami, tidak sekali-kali Engkau menciptakan alam yang di atas dan
yang di bumi yang kami saksikan tanpa arti, dan Engkau tidak menciptakan
semuanya dengan sia-sia. Maha suci Engkau dari segala yang tidak berarti dan
sia-sia. Semua ciptaan Allah tidak sia-sia, semua bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
Sesudah ia melihat
bukti-bukti yang menunjukkan kepada keindahan hikmah, ia pun luas
pengetahuannya tentang detail-detail alam semesta yang menghubungkan manusia
dengan tuhannya.فَقِنَا عَذَابَ النَّار Seraya memohon pertolongan Allah agar bisa melakukan amal saleh melalui
pemahaman tentang bukti-bukti alam semesta, sehingga terpelihara dari siksaan
neraka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghiy, Ahmad
Mushthafa, Tafsir al-Maraghiy, Semarang: Thoha Putra, 1989.
Al-Mubarakfuri, Syaikh
Shafiyyurrahman, Shahih Ibnu Katsir Jilid 6, Jakarta, Pustaka
Ibnu Katsir, 2010.
Kementrian Agama RI, Penciptaan
Bumi dalam Prespektif Al-Qur’an dan Sains (Tafsir ‘Ilmi), Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2012.
Purwanto, Agus, Ayat-ayat
Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan, Bandung: Mizan Pustaka, 2008.
Rahman, Fadzlur, Tema
Pokok Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Anas Mahyuddin dari “Major Themes of
the Qur’an”, Bandung: PUSTAKA, 1996.
Shihab, M. Quraish, Membumikan
Al-Qur’an, Bandung: MIZAN, 2013.
Shihab, M. Quraish, Tafsir
Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
[1] Jumlah ini
adalah yang paling populer di samping jumlah 6666 ayat. Tapi masih ada
pendapat-pendapat lain. Lihat M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung:
MIZAN. 2013)
[2] Agus Purwanto,
Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan (Bandung: Mizan
Pustaka. 2008), hlm.24
[3] Ahmad Mushthafa al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy Juz XVII (Semarang:
PT Karya Toha Putra. 1993), hlm 23
[4] Kementrian
Agama RI, Penciptaan Bumi dalam Prespektif Al-Qur’an dan Sains (Tafsir
‘Ilmi) (Jakarta: Kementrian Agama RI. 2012), hlm. 84
[5] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah vol. 8 (Jakarta: Lentera Hati. 2002), hal. 442
[6] رَتْقًا adalah bentuk
masdar dari kata kerja رَتَقَ-يَرْتُقُ-رَتْقاً
artinya menyatu
atau bergabung, baik secara ciptaan maupun secara buatan. Sedangkan فَفَتَقْناَ
هُماَ terambil dari
kata فَتَقَ yang berarti
terbelah/terpisah. Yaitu pemisahan dua perkara yang melekat.
[7] Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Ibnu Katsir Jilid
6(Jakarta, Pustaka Ibnu Katsir, 2010), hal. 21
[8] Kementrian
Agama RI, op. cit.,
[11] Ahmad
Mushthafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghi juz XXIX (Semarang: Thoha
Putra. 1989), hal. 6
[12] Kementrian
Agama RI, op. cit., hlm. 6
[15] Ahmad Musthafa
Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy juz XXV (Semarang: Toha Putra. 1989),
hal. 13
[16] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah vol. 12 (Jakarta: Lentera Hati. 2002), hal.
440-441
[17] Dzikir disini
hanyalah mengenai makhluk Allah dan larangan memikirkan dzat-Nya, karena
mustahil seseorang akan bisa sampai pada hakikat Dzat sifat-sifat-Nya.
Al-Ashbahani dari Abdullah bin salam, bahwa Rasulullah SAW pernah pergi keluar
bersama sahabatnya, sedangkan waktu itu mereka sedang bertafakkur. Kemudian
Rasulullah bersabda:
تَفَكَّرُوْا فِى الْخَلْقِ
اللّه وَلاَ تَتَفَكَّرُوْا فِى الْخاَلِقِ
“Pikirkanlah oleh kalian tentang makhluk,
dan janganlah sekali-kali kalian memikirkan Allah SWT” lihat, Ahmad
Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy juz IV (Semarang: Toha Putra.
1989), hal. 292
0 komentar:
Post a Comment