Makalah Tafsir Ayat tentang Allah
Disusun Oleh Muazzin, S.H.I
Alumni Al-Hilal Sigli Tahun 2015

ayat tentang Allah



KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Tafsir pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Mu’amalah PTI AL-HILAL SIGLI dengan ini penulis mengangkat judul “Ayat-ayat Tentang Allah”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Wassalam
Penulis,


KELOMPOK 2


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................             i
DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................            1
B.    Rumusan Masalah..............................................................................             1
C.    Tujuan penulisan................................................................................             1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    QS Al-baqarah ayat 21-11.................................................................            2
B.     QS Al-an’am ayat 1-3........................................................................            5
C.     QS Al-hasyr ayat 23-24.....................................................................             8
D.    Munasabah ........................................................................................             10
E.     Urgensi...............................................................................................             10

BAB III    PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................             11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................            12





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al qur’an yang secara harfiah berarti “ bacaan sempurna ”, merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat. Karena tiada satu bacaanpun yang dapat menandingi al qur’an al karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu. Ayat-ayat al qur’an merupakan serat yang membentuk tenunan kehidupan muslim, serta benang yang menjadi rajutan jiwanya. Karena itu, seringkali saat al qur’an berbicara suatu persoalan , tiba-tiba ada ayat lain yang muncul dan berhubungan dengan ayat tersebut.
Dari ayat-ayat yang munasabah tersebut, muncul pula berbagai penafsiran dari para ulama’ mufassir yang menyampaikan pendapat tentang masalah penafsiran. Untuk itu, penting untuk di ungkapkan bahwa kegiatan menafsirkan al qur’an ini tujuannya adalah untuk menyingkap dan memahami teks atau ayat itu sendiri, sehingga benar-banar jelas di hadapan para pembaca al qur’an. Dengan kata lain, kegiatan menafsirkan al qur’an adalah untuk melihat dan mengkaji validitas sebuah ayat bagi kehidupan manusia, khususnya umat islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan surat Al-baqarah ayat 21-22
2.      Menjelaskan surat Al-an’am ayat 1-3
3.      Menjelaskan surat Al-Hasyr ayat 23-24
4.      Menjelaskan tentang munasabah ayat
5.      Menjelaskan tentang urgensi ayat

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar semua mahasiswa/i mampu memahami tentang ayat-ayat tentang Allah.






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Q.S.Al Baqarah ayat 21-22
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ   Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur [ä!$oYΠtAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmΠz`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( Ÿxsù (#qè=yèøgrB ¬! #YŠ#yRr& öNçFRr&ur šcqßJn=÷ès? ÇËËÈ  
Artinya : “ (21)Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang   yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (22) Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah : 21-22)

1.      Uraian  Kata-Kata Sulit
العبادة  : perasaan merendahkan diri yang di sebabkan merasakan keagungan yang di sembah.
الرّبّ yang mengatur, mendidik, dan memelihara.
$V©ºtÏù  : hamparan.
ä!$oYΠmeletakkan sesuatu di atas yang lain sehingga tampak bentuknya (bangunannya).
النّدّ sekutu, sepadan.[1]

2.      Tafsir
a.      Al Baqarah ayat 21
Allah SWT menjelaskan tentang sifat uluhiyyah-Nya. Yang Maha Esa, bahwa Dialah yang memberi nikmat kepada hamba-hambaNya, yang menciptakan mereka dari tiada ke alam wujud, lalu melimpahkan mereka segala macam nikmat lahir dan batin. Allah menjadikan mereka bumi sebagai hamparan buat tempat mereka tinggal , di perkokoh ke stabilanNya dengan gunung-gunung yang tinggi lagi besar, dan Dia menjadikan langit sebagai atap.
Allah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. Yang di maksud dengan lafadz as sama’ dalam ayat ini ialah awan yang datang pada waktunya di saat mereka memerlukannya.  Melalui hujan Allah menumbuhkan bagi mereka berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis buah, sebagaimana yang telah di saksikan. Hal tersebut sebagai rezeki bagi mereka, sebagaimana yang telah di tetapkan dalam ayat lainnya. Yaitu :
ª!$# Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #Y#ts% uä!$yJ¡¡9$#ur [ä!$oYΠöNà2u§q|¹ur z`|¡ômr'sù öNà2uuqß¹ Läls%yuur z`ÏiB ÏM»t6Íh©Ü9$# 4 ãNä3Ï9ºsŒ ª!$# öNà6šu ( šu$t6tGsù ª!$# Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇÏÍÈ   
Artinya :“ Allah lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap dan membentukmu lalu memperindah rupamu serta memberimu rezeki dari yang baik-baik . demikianlah Allah, Tuhanmu, Maha Suci Allah , Tuhan seluruh alam.” ( Q.S. Al Mu’min : 64 )
Kesimpulan makna yang di kandung ayat ini adalah bahwa Allah yang menciptakan yang memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para penghuninya, yang memberi mereka rezeki. Karena itu Dia semata lah yang patut di sembah dan tidak boleh mempersekutukanNya. Dalam hadis sahihaini di sebutkan dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan :
قلت يا رسول الله اي ذنب اعظم عند الله ؟ قال ان تجعل لله ندا وهو خلقك   الحديث
Aku bertanya , “ wahai Rasulullah , dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ??? ” Beliau menjawab “ bila kamu mengadakan sekutu bagi Allah , padahal Dia lah yang menciptakanmu,” ……….. hingga akhir hadits.[2]
Pakar tafsir dan bahasa arab az-Zamakhsyari berpendapat bahwa kata      (  لعلّ) merupakan majaz bukan dalam arti harapan yang sesungguhnya. Adapun maknanya yaitu : Allah SWT menciptakan hamba-hamba-Nya sambil memberi  mereka kebebasan memilih. Dia menghendaki untuk mereka kebaikan dan agar mereka bertakwa. Dengan demikian, mereka sebenarnya berada dalam posisi yang diharapkan memperoleh ketakwaan tetapi dalam kerangka kebebasan memilih antara taat atau durhaka. Ini serupa dengan, situasi sesuatu yang belum jelas apakah ia terjadi atau tidak. Ketidak jelasan itu lahir karena adanya pilihan untuk yang bersangkutan ingin memilih yang mana , taat atau durhaka.[3]

b.      Al Baqarah ayat 22
Pertama kali, Allah mengarahkan pandangan kita kepada penciptaan bumi, ã$V©ºtÏù  uÚöF{$  Nä3s9 @yèy_ Ï%©!$#. arti dasar ã$V©ºtÏù adalah tempat tidur. Maksudnya di sini adalah hamparan. Ini menunjukkan bahwa bumi ini benar-benar di siapkan untuk peristirahatan manusia.
Pada penggalan ayat selanjutnya yaitu  [ä!$oYΠuä!$yJ¡¡9$#ur langit sebagai atap yang kokoh dan kuat. Ia tidak pernah jatuh, sesuai dengan firman Allah:

$uZù=yèy_ur uä!$yJ¡¡9$# $Zÿø)y $Wßqàÿøt¤C ( öNèdur ô`tã $pkÉJ»tƒ#uä tbqàÊ̍÷èãB ÇÌËÈ  
Artinya: “dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (q.s. Al-Anbiyaa : 32)
Tujuan ayat ini agar manusia tenang dan tentram hidup di atas bumi. Mereka tidak perlu takut ditimpa langit karena Allahlah yang langsung menjaganya.[4]

وانزل من السماء ماء فأخرج به من السمرات رزقا لكم

Maknanya adalah Allah yang menurunkan hujan-yang biasa untuk mengairi sawah dari langit , dan dapat menghidupkan tetumbuhan.

Dengan demikian, pohon-pohon tersebut dapat membuahkan hasil yang dapat kita makan  dan kita manfaatkan kegunaannya.[5]
Selanjutnya yaitu : فلا تجعلوا لله انداد  . kata انداد merupakan jamak النّدّ yang artinya partner, kawan, atau sekutu. Allah Maha Esa dalam kekuasaan dan penciptaan-Nya, Esa pada dzat dan sifat-sifat-Nya. Sifat-sifat Allah tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Allah juga berfirman : وانتم تعلمون . maksudnya kamu tahu betul dengan akal untuk menolak mempersekutukan Allah. Seperti dalam firman-Nya :
šÆÏBur Ä¨$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ßƒÏx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ  
Artinya : “ dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah  tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang beriman sangat cinta kepada Allah. ” ( Q.S.Al Baqarah : 165 ).[6]

B.     Q.S. Al An’am : 1-3
ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Ÿ@yèy_ur ÏM»uHä>à9$# uqZ9$#ur ( ¢OèO tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. öNÍkÍh5tÎ šcqä9Ï÷ètƒ ÇÊÈ   uqèd Ï%©!$# Nä3s)n=yz `ÏiB &ûüÏÛ ¢OèO #Ó|Ós% Wxy_r& ( ×@y_r&ur K|¡B ¼çnyYÏã ( ¢OèO óOçFRr& tbrçŽtIôJs? ÇËÈ   uqèdur ª!$# Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# Îûur ÇÚöF{$# ( ãNn=÷ètƒ öNä.§Å öNä.tôgy_ur ãNn=÷ètƒur $tB tbqç7Å¡õ3s? ÇÌÈ  
Artinya : (1)Segala puji bagi Allah , yang menciptakan langit dan bumi dan yang mendatangkan kegelapan dan cahaya, tetapi orang-orang kafir tetap menganggap sesuatu yag lain sebagai sebanding dengan pencipta mereka. (2) Ia yang menciptakanmu dari tanah, kemudian menetapkan satu periode ( untuk hidupmu ) dan periode itu di tentukan oleh-Nya , tetapi ( mengapa ) kamu masih saja ragu. (3) dan Dialah Allah di langit dan di bumi. Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian ungkapkan dan Dia mengetahui apa yang kalian upayakan. ( Q.S. Al An’am : 1-3 )

1.      Penafsiran Kata-Kata Sulit.
الحمد  : . pujian yang baik dan zikir yang indah.
الظلمة  : keadaan ketika setiap tempat tidak mempunyai cahaya. Cahaya terbagi menjadi dua : indrawi, yang terlihat oleh mata. Dan maknawi ‘aqli, yaitu yang dapat di ketahui dengan mata hati.
الجعل : membuat, menjadikan, sama dengan menciptakan ; hanya saja al ja’lu khusus mengenai ‘ menjadikan ’ yang bersifat taqwiniy, sebagaimana di dalam ayat ini, dan bersifat tasyri’iy, sebagaimana di dalam firman Allah Ta’ala berikut :
$tB Ÿ@yèy_ ª!$# .`ÏB ;ouŽÏtr2 Ÿwur 7pt6ͬ!$y Ÿwur 7's#Ϲur Ÿwur 5Q%tn   £`Å3»s9ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. tbrçŽtIøÿtƒ n?tã «!$# z>És3ø9$# ( öNèdçŽsYø.r&ur Ÿw tbqè=É)÷ètƒ ÇÊÉÌÈ  
Artinya : Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahirah dan sa’ibah.... ( Q.S. Al Maidah : 103 ).
الخلق  : menciptakan yang bersifat umum.
يعدلون  : mempersekutukan sesuatu denganNya ;yakni menjadikan sesuatu sebagai bandingan yang sama bagiNya di dalam ibadah dan berdo’a untuk menghindarkan bahaya , serta mengambil manfaat . artinya mereka menjadikan sekutu bagiNya.
الأجل  : masa yang di umpamakan bagi sesuatu , yakni ukuran waktu yang telah di tentukan. Qadaul ajal,  kadang-kadang di artikan menetapkan masa.
تمترون  : kalian ragu-ragu tentang pembangkitan.[7]

2.      Tafsir
a.       Ayat 1
Dengan landasan ayat ini, bagian pertama ayat suraat al an’am ini menunjukkan kepada kita tentang sistem eksistensi ; bagian keduanya memberikan gambaran tentang penciptaan manusia; dan bagian ketiganya berkenaan dengan perbuatan dan tingkah laku umat manusia .
Imam Ali Bin Abi Thalib A S pernah mengatakan bahwa ayat ini merupakan jawaban terhadap tiga kelompok penipu manusia :
·         Orang-orang materialis, yang menyangkal penciptaaan dan mengannggap kehidupan ini hanyalah kehidupan duniawi yang akan berlalu begitu saja. ( mereka adalah orang yang meyakini keberadaan sesuatu hanya apabila dapat di lihat dengan panca indra )....... menciptakan langit.........
·         Orang-orang dualis, yang meyakini bahwa “ cahaya ” dan “ kegelapan ” memiliki dua asal yang terpisah. ...... dan yang menunjukkan kegelapan dan cahaya.....
·         Orang-orang kafir, yang mendukung adanay sekutu yang sebanding dengan Allah. ........... tetapi orang-orang yang kafir tetap menganggap sesuatu yang lain sebagai sebanding dengan pencipta mereka......[8]

b.      Ayat 2
Pada ayat sebelumnya, telah disebutkan tentang fakta yang terpampang jelas mengenai keberadaan (ciptaan) langit dan bumi. Sekarang dalam ayat ini ditunjukkan tentang penciptaan manusia dan persoalan-persoalan fitrahnya.
Mengenai batas akhir kehidupan manusia, Allah telah menetapkan dua jenis waktu. Salah satunya ialah waktu yang pasti sehingga apabila semua perlindungan telah dipenuhi, dan jalan hidup telah dilewati, maka layaknya minyak pada obor, waktu itu akan habis jua. Ketetapan Tuhan yang kedua tergantung pada perbuatan kita sendiri.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Allah Swt telah menetapkan dua jenis “batas akhir” bagi hidup manusia. Salah satunya adalah yang dihitung sejak lahir hingga meninggal, dan yang kedua adalah dari kematian hingga datangnya hari kebangkitan.

c.       Ayat 3
Untuk memberikan jawaban kepada orangt-orang yang menganggap adanya tuhan tertentu pada setiap hal dan benda, seperti tuhan hujan, tuhan perang, tuhan perdamaian, tuhan langit dan yang serupa itu, maka ayat ini menyatakan, dan dialah Allah di langit dan di bumi. Artinya hanya Allah Swt yang mendominasi segala sesuatu, yang dengan kekuasaannya mengatur segala sesuatu.[9]


C.    Q.S  Al-Hasyr ayat 23-24
uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨rà)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJøygßJø9$# âƒÍyèø9$# â$¬6yfø9$# çŽÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã šcqà2ÎŽô³ç ÇËÌÈ   uqèd ª!$# ß,Î=»yø9$# äÍ$t7ø9$# âÈhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇËÍÈ  
Artinya : (23) Dialah Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia,  Raja Yang Maha Suci, Pencurah segala sesuatu, Maha Keras tuntutan-Nya. Maha Perkasa, Maha Besar; Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (24) dialah, Allah yang mencipta, yang mengadakan (menjadikan), dan yang membentuk rupa. Dia mempunyai nama-nama yang indah (asma-ulhusna). Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya’ dan Dia Maha Keras tuntutan-Nya lagi Maha Hakim.

1.      Penafsiran Kata-Kata Sulit
¨rà)ø9$# : yang suci dari segala kekurangan.
N»n=¡¡9$# : makhluk selamat dari segala kezaliman, karena Allah menciptakan mereka menurut aturan yang menjamin kemajuan mereka.
 `ÏB÷sßJø9$# : yang memberikan keamanan, sehingga semua makhluk hidup dengan aman. Dan suatu kaum tidak akan hidup di muka bumijika tidak ada penjaga-penjaga yang menjaga kempung-kampung mereka. Jika tidak ada para penjaga, maka mereka semua akan binasa.
ƒÍyèø9$# : yang menang dalam urusan-Nya.
â$¬6yfø9$# : yang memaksa makhluk kepada apa yang di kehendaki-Nya.
ŽÉi9x6tGßJø9$# : yang sedemikian sombong dan agung.
`»ysö6ß «!$# $£Jtã šcqà2ÎŽô³ç : maha suci tuhan kita dari apa yang di sifatkan oleh orang-orang musyrik.
ß,Î=»yø9$# : yang menentukan segala sesuatu dengan secara hikmah.
äÍ$t7ø9$# : yang memunculkan segala sesuatu pada lembaran wujud, menurut sunnah-sunnah yang di letakkan-Nya dan tujuan yang karenanya segala sesuatu itu di ciptakan.
Èhq|ÁßJø9$# : yang mengadakan segala sesuatu menurut bentuk-bentuk dan macam-macam bangunnya, sebagaimana yang di kehendaki-Nya.
ä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# : nama-nama yang menunjukkan makna indah yang tampak dalam fenomena-fenomena wujud ini. Sistem kehidupan dan keindahan-keindahan yang ada di dalamnya ini menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah. Dan kesempurnaan sifat menunjukkan kepada kesempurnaan yang mempunyai sifat.[10]

2.      Tafsir
Tuhan yang telah menurunkan al qur’an dan memerintahkan kita dan bertakwa kepada-Nya adalah Allah yang wajib wujud-Nya , yang kekal dan abadi, yang di sembah, yang sangat pemurah lagi kekal rahmat-Nya . Dia mengetahui semua yang lahir dan semua yang gaib. Tidak ada sedikitpun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Dia.
Dialah Allah yang tunggal, yang memiliki segala sesuatu. Dia mengurusi semua hal menurut kehendak-Nya, yang suci dari segala keaiban dan kekurangan, dan yang tidak menzalimi makhluk-Nya. Karena itu, Dialah yang berhak menerima kebesaran yang mutlak. Maha Suci Allah dari semua tuduhan orang-orang musyrik.
Dialah Allah yang menciptakan semua makhluk-Nya, yang melahirkan kita ke dalam kenyataan menurut sifat dan bentuk yang di kehendaki-Nya. Dia mempunyai sifat-sifat yang indah, yang tidak di punyai oleh siapapun.
Ibn Abbas meriwayatkan bahwa nama Allah yang besar terdapat dalam enam ayat yang terakhir dalam surat al-hasyr ini. Ali, menurut riwayat Al Barra’, mengatakan : “ hai Barra’, jika kamu mau berdo’a kepada Allah dengan nama-Nya yang a’zham, bacalah sepuluh ayat pada permulaan surat al –hadiid dan akhir dari al-hasyr. Sesudah itu mohonlah kepada Allah tentang apa yang kamu kehendaki. ”
Yang di perlukan dalam berdo’a adalah ketulusan hati dan keheningan jiwa ( hati ). Ayat-ayat ini adalah ayat yang mengheningkan jiwa dan menjadikan do’a di terima oleh Allah.
Semua isi langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Masing-masing mereka melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kita sjalah yang tidak dapat memahami tasbih mereka.
Allah lah yang Maha Keras tuntutan-Nya dan Maha Menyiksa musuh-musuh-Nya Lagi Maha Hakim dalam menyusun dan mengurus segala masalah makhluk-Nya. Dialah Yang Sempurna kodrat-Nya dan Maha Sempurna ilmu-Nya.[11]


D.    Munasabah
Dari penjelasan Q.S. Al Baqarah : 21-22, menjelaskan tentang kewajiban untuk menyembah kepada Allah.  makna yang di kandung ayat ini adalah bahwa Allah yang menciptakan yang memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para penghuninya, yang memberi mereka rezeki. Karena itu Dia semata lah yang patut di sembah dan tidak boleh mempersekutukanNya.
Kemudian pada Q.S. Al An’am :1-3, Artinya hanya Allah SWT yang mendominasi segala sesuatu, yang dengan kekuasaannya mengatur segala sesuatu. Dialah yang telah menciptakan segala apa yang ada di bumi dan di langit sesuai dengan kehendak-Nya.
Sedangkan dalam Q.S. Al Hasyr : 23-24,  Tuhan yang telah menurunkan al qur’an dan memerintahkan kita dan bertakwa kepada-Nya adalah Allah yang wajib wujud-Nya , yang kekal dan abadi, yang di sembah, yang sangat pemurah lagi kekal rahmat-Nya . Dia mengetahui semua yang lahir dan semua yang gaib. Tidak ada sedikitpun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Dia.
Jadi munasabah antara ketiga ayat ini adalah sama-sama menjelaskan tentang keEsaan Allah, yang patut di sembah oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, karna tidak ada yang patut di sembah selain Dia.

E.     Urgensi
Pelajaran yang dapat di ambil dari ayat-ayat diatas adalah :
a.       Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya .
b.      Pensucian hati dan jiwa, untuk meyakinkan bahwasanya Allah lah yang patut di sembah, karena tidak ada Tuhan selain Dia.
c.       Ke Esaan Allah tidak dapat di ragukan lagi oleh umat manusia di muka bumi ini, karena Dia lah yang telah menciptakan langit , bumi, beserta isinya.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemahaman ayat-ayat al qur’an seperti dikemukakan ini, memang belum diketahui oleh masyarakat umat manusia. Dari satu sisi, ini merupakan salah satu isyarat ilmiah al qur’an yang dapat menjadi bukti kebenarannya. Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa, kitab suci al qur’an dapat menampung makna yang beraneka ragam, serta dapat dipahami oleh para ilmuan ataupun ulama’ mufassir. Masing-masing menimba sesuatu berdasarkan kadar ddan besarnya timba yang mereka miliki.
Dari ayat yang telah ditafsirkan tersebut, dapat kita ketahui bahwa Allah menyeru kepada seluruh umat-Nya untuk menyembah hanya kepadaNya. Karena Allah lah yang telah menciptakan mereka semua, langit, bumi, beserta isinya. Memberi kita rezeki berupa harta, kesehatan dan lain sebagainya. Kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan apapun. Karena hanya Dial ah Yang Maha Esa.
Semoga penafsiran ini dapat bermanfaat bagi kita semua. والله أعلم باالصواب    .




DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Musthafa Al Maraghi . Tafsir Al Maraghi .. (Semarang  : Karya Thoha Putra ,1992).
Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad – Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.(Bandung  : Sinar Baru Algensindo 2000 ).
M. Quraish Shihab. Tafsir Al MishbahJakarta Lentera Hati,2002 )
Syekh Muhammad Mutawally Sya’rawi. Tafsir Sya’rawi.  ( Jakarta : Duta Azhar, 2004 ) .
Allamah Kamal Faih Imani. Tafsir Nurul Qur’an. Jakarta: Al Huda, 2006 ). Hlm : 76-81.
Prof.Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Qur’anul Majid An-Nur. (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000 ).



[1] Ahmad Musthafa Al Maraghi . Tafsir Al Maraghi .. (Semarang  : Karya Thoha Putra . 1992 ). Hlm : 100
[2]  Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad – Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.Bandung  : Sinar Baru Algensindo 2000 ).  Hlm: 289-291.
[3] M. Quraish Shihab. Tafsir Al MishbahJakarta Lentera Hati,2002 ) . Hlm: 120-122.
[4] Syekh Muhammad Mutawally Sya’rawi. Tafsir Sya’rawi.  Jakarta Duta Azhar, 2004 ) . Hlm: 119-120
[5] Ahmad Musthafa Al Maraghi . Tafsir Al Maraghi . ( Semarang. : Karya Thoha Putra, 1992 ). Hlm : 102-103
[6] Syekh Muhammad Mutawally Sya’rawi. Tafsir $ya’rawi. 2004. Duta Azhar. Jakarta. Hlm: 120-121.
[7] Ahmad Musthafa Al Maraghi . Tafsir Al Maraghi .1992. Karya Thoha Putra . Semarang. Hlm : 114-116.
[8] Allamah Kamal Faih Imani. Tafsir Nurul Qur’an. Jakarta: Al Huda, 2006 ). Hlm : 76-81.
[9] Allamah Kamal Faih Imani. Tafsir Nurul Qur’an. Jakarta: Al Huda, 2006 ). Hlm : 76-81.
[10] Ahmad Musthafa Al Maraghi . Tafsir Al Maraghi .( Semarang: Karya Thoha Putra1992  ). Hlm : 89-90.
[11] Prof.Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Qur’anul Majid An-Nur. ( Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000 ). Hlm : 4180-4181.

0 komentar:

Post a Comment

 
Top